BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah; kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan; kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat. Intelegensi atau kecerdasan merupakan kemampuan untuk mengolah informasi dan keterampilan yang diperlukan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Kecerdasan adalah salah satu bagian dari range yang luas pada keterampilan kognitif, seperti persepsi, belajar, memori, memecahkan masalah, dan bernalar (www.kabarIndonesia.com).
Akan tetapi Setelah dicermati lebih dalam, kita akan sampai pada kenyataan bahwa cerdas itu bukan hanya juara kelas, nilai bagus saat ujian atau hafalan yang kuat seperti yang sekarang kita yakini. Karna pada kenyataanya ada banyak cara untuk menunjukkan kecerdasan yang dimiliki. Bisa melalui musik, atlet, sosial. (let’s Be Smart)
Suatu hari Howard Gardner seorang ahli riset dari Amerika universitas Harvard, berpendapat bahwa Kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Ia bagaikan kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda. Prof. Howard Gardner mengembangkan model kecerdasan “MULTIPLE INTELLIGENCE” atau kecerdasan majemuk yang artinya bermacam-macam kecerdasan. Yang menerangkan bahwa setiap orang memiliki bermacam-macam kecerdasan tetapi dengan kadar yang berbeda.
Adapun Profesor Gardner dalam Multiple Intelligence bermaksud memaparkan delapan kecerdasan yang bisa dimiliki setiap orang yaitu :
1. Kecerdasan linguistik.
2. Kecerdasan logic matematik
3. Kecerdasan visual spasial.
4. Kecerdasan musik.
5. Kecerdasan intrapersonal.
6. Kecerdasan interpersonal.
7. Kecerdasan kinestetik.
8. Kecerdasan naturalis.
Akan tetapi penulis hanya ingin memfokuskan penelitian terhadap kecerdasan verbal atau kecerdasan bahasa.
Seabagai manusia kita dianugrahi keistimewaan dengan kemampuan berkomunikasi, berbahasa dan bertutur sehingga berbeda dengan makhluk lainnya. Sebagai implikasinya menusia dituntut mengembangkan sistem bahasa dengan akal yang dimiliki. Ada beberapa orang yang memiliki kemampuan berbahasa lebih daripada orang lain, yang mana dalam konsep Multiple Intelligence orang-orang ini dikelompokkan menjadi orang-orang cerdas Linguistik. Orang-orang yang cakap dan mampu mengolah kata-kata dan bahasa dengan baik dan cerdas. Adapun tokoh-tokoh yang berhasil menduduki puncak kecerdasan bahasa ini seperti William Shakespeare dengan Romeo dan Julietenya, Oprah Winfre yang terkenal dengan pembawa acaranya, J.K Rowling yang tekenal dengan Harry Potternya Dan lain-lain.
Kepribadian menurut pengartian sehari-hari merujuk kepada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu lainnya (Teory Kepribadian :10). Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai mobil atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Jika sesorang duduk diam dalam sebuah buku ditangannya, ia takkan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada di balik tirai tubuh, di dalam tubuh manusia itu sendiri (perilaku manusia, 2006)
Jadi bagaimanakah seorang cerdas bahasa bersikap, sehingga menimbulkan kesan bagi orang lain?, dan bagaimanakah perilaku seorang cerdas bahasa dapat diamati dari luar?.
Berdasarkan konteks tersebut diatas, penulis merasa teratarik untuk melakukan penelitian tentang MEMAHAMI PERILAKU SANTRIWATI CERDAS LINGUISTIK KELAS VI IPS-I TMI AL-AMIEN PRENDUAN TAHUN 2010.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian diatas, maka yang akan menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perilaku santriwati cerdas linguistik kelas VI IPS-I TMI Al-Amien Prenduan ?
2. Bagaimana kegiatan santriwati cerdas linguistik kelas VI IPS-I TMI Al-Amien Prenduan yang berhubungan dengan kecerdasannya ?
3. Bagaimanakah cara santriwati cerdas linguistik kelas VI IPS-I TMI Al-Amien Prenduan dalam mengembangkan kecerdasannya?
C. Tujuan Penelitian
Secara operasional, diadakannya penelitian ini adalah bertujuan untuk
mengetahui:
1. Perilaku santriwati cerdas linguistik kelas VI IPS-I TMI Al-Amien Prenduan.
2. Kegiatan santriwati cerdas linguistik kelas IPS-I TMI Al-Amien Prenduan yang berhubungan dengan kecerdasannya.
3. cara santriwati kelas cerdas linguistik kelas VI IPS-I TMI Al-Amien Prenduan dalam mengembangkan kecerdasannya
D. Manfaat Penelitian
hasil dari penelitian ini memiliki beberapa kegunaan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, agar lebih memahami hakekat dari kecerdasan terutama konsep multiple intelligence.
2. Agar peneliti lebih memahami perilaku santriwati dengan tipe kecerdasan linguistik.
3. Agar peneliti dan juga para santri bisa lebih mengetahui cara mengembangkan kecerdassan Linguistiknya.
4. Sebagai motifasi bagi para santri agar mengembangkan bakat sesuai jenis kecerdasan yang dimiliki.
5. Bagi kiyai dan mudir, agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk perkembangan pondok dimasa depan.
6. Bagi pondok pesantren (lembaga), hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran sekaligus kontribusi literatur bagi perpustakaan.
E. Definisi Penelitian
Ada beberapa istilah yang perlu didefiniskan secara operasional agar tidak terjadi mis-understanding dan mis-interpretation :
Perilaku Perbuatan, tindakan, sifat (kamus ilmiah populer). Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai mobil atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu diletakkan pada kaki yang lain.(Perilaku Manusia, 2006)
Santriwati Kelas VI IPS-I Adalah beberapa santriwati kelas akhir yang mengenyam pendidikan di TMI putri Al-amien Prenduan, santriwati ini di kelompokkan dalam sebuah kelas yang mana mereka memilih ilmu sosial dan bahasa Inggris sebagai pelajaran utama.
Cerdas inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif (Syamsu Yusuf : 106). Tajam pikiran, pandai (kamus ilmiah populer: 121)
Linguistik
Cerdas Bahasa Bahasa dapat didefinisikan sebagai (i) ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (bdk. Sudaryanto, 1983:19) atau (ii) setiap penyampaian maksud (lih. Pei, 1971:3-4). Bila menerima pengertian bahasa yang pertama (i), sudah tentu hanya terdapat satu jenis bahasa, yaitu baha-sa manusia. Sebaliknya bila yang diterima adalah pengertian bahasa yang ke-dua (ii) sudah tentu isyarat sikap dan bunyi binatang dapat pula dianggap sebagai bahasa. Dalam pengertian ke dua lalu dijumpai berbagai macam bahasa seperti bahasa binatang, bahasa isyarat, bahasa sikap dll. Ilmu tata bahasa telaah bahasa secara ilmiah (Kamus Bahasa Indonesia : 319). Ilmu bahasa (kamus ilmiah populer: 413).
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi
rrrff
Jadi, maksud dari judul karya tulis ilmiah di atas adalah memahami perilau santriwati yang memiliki kecerdasan bahasa yang lebih dominan
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor pendekatan kualitatif merupakan proses penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif karena ingin mengetahui fenomena yang berkembang sebagai suatu kesatuan yang utuh, yang tidak terikat oleh suatu variabel atau hipotesa tertentu. Disamping itu pendekatan ini dapat memudahkan peneliti untuk dekat dengan subyek yang diteliti serta lebih peka terhadap pengaruh berbagai fenomena yang ada di lapangan.
Penelitian ini bersifat grounded theory (teori dari dasar) dimana peneliti berupaya utuk mendasarkan penelitian pada hal-hal empiris, bukan membangun teori secara deduktif-logis.
Untuk itu peneliti ingin mencermati secara empiris mengenai perilaku santriwati cerdas linguistik kelas VI IPS-I TMI Putri Al-Amien Prenduan.
2. Kehadiran peneliti
Peneliti disini bertindak sebagai kunci sekaligus pengumpul data, dengan melakukan observasi, peneliti dapat mengetahui dan memahami gambaran yang utuh tentang subjek dan objek penelitian.
Kehadiran peneliti di lapangan merupakan syarat utama dalam penelitian kualitatif sebagaimana sifat penelitian tersebut. Kehadiran peneliti ini penting terutama dalam rangka untuk memperoleh seperangkat data atau informasi yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di TMI Putri Al-Amien Prenduan Sumenep yang merupakan lembaga pendidikan lanjutan tingkat pertama dan menengah yang berbasis dan berbentuk pesantren dengan masa studi 6 tahun. Di desa Pragaan Kecamatan Prenduan Kabupaten Sumenep .
4. Sumber Data
Menurut Lofland, sumber data utama penelitian kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data seperti dokumen dan lain-lain.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai sumber data adalah manusia dan non-manusia. Sumber data yang dijadikan data adalah manusia : yaitu santriwati kelas VI IPS-I, kelas yang didominasi oleh santriwati yang memiliki tingkat kecerdasan linguistik lebih tinggi. Data tersebut dirumuskan melalui wawancara dan pengamatan lapangan. Sedangkan sumber data non manusia adalah berupa dokumen yang berisi tentang kegiatan keseharian santriwati kelas VI IPS-I TMI Putri Al-Amien Prenduan.
Dengan demikian, yang menjadi subyek utama dalam penelitian ini adalah: Santriwati kelas VI IPS-I yang mondok di TMI Al-Amien Prenduan Sumenep karena kelas VI IPS-I adalah kelas yang memiliki anggota yang kecerdasan linguistiknya beberapa tingkat lebih tinggi. Dalam penelitian ini jenis data yang dikumpulkan adalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh informasi, yang sesuai dengan seperangkat pertanyaan dengan berpedoman pada fokus penelitian.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, dibutuhkan suatu prosedur yang diterima secara ilmiah. Prosedur yang dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek/responden. Dalam wawancara biasanya terjadi tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berpijak pada tujuan penelitian.
Jenis wawancara ada dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah pedoman wawancara memuat garis besar yang akan ditanyakan. Dalam wawancara ini, pewawancara dituntut untuk lebih kreatif untuk mendapatkan hasil wawancara yang memuaskan. Sedangkan wawancara terstruktur adalah pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai (tanda-daftar), pewawancara tinggal membubuhkan tanda pada nomor yang sesuai. Artinya, pewawancara menetapkan sendiri masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis menggunakan jenis ”wawancara tidak terstruktur”. Alasannya adalah karena dengan model wawancara tersebut, penulis dapat lebih leluasa memperlebar pertanyaan, sebab bukan tidak mustahil bahwa ketika sedang melakukan fakta-fakta baru yang bisa dikembangkan.
2. Observasi
Observasi merupakan alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya ataupun tidak.
Sedangkan jenis observasi yang digunakan oleh peneliti adalah ”Observasi berperan serta pasif” yaitu peneliti hanya melakukan satu fungsi sebagai pengamat saja. Alasan penggunaan jenis observasi ini karena peneliti dapat mempertahankan objektifnya. Observasi ini akan dilakukan guna mengidentifikasikan perilaku santriwati cerdas linguistik kelas VI IPS-I TMI Putri Al-amien Prenduan. Dengan demikian, penulis dapat memperoleh gambaran umum tentang aktifitas santriwati kelas VI IPS-I TMI Putri Al-Amien Prenduan, sekaligus perilaku santriwati cerdas linguistik kelas VI TMI Putri Al-Amien Prenduan.
Perlu dipertegas di sini, bahwa sasaran dari penggunaan metode observasi ini adalah segala aktifitas santriwati yang memiliki kecerdasan Linguistik di kelas VI IPS-I TMI Putri Al-Amien Prenduan secara rutin.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi atau dokumenter adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen-dokumen arsip dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi sasaran metode dokumentasi ini adalah :
Data santriwati kelas VI IPS-I TMI Putri Al-Amien Prenduan.
Data prestasi dan pelanggaran santriwati cerdas linguistik kelas VI IPS-I TMI Putri Al-Amien Prenduan.
Jadwal Kegiatan Rutin Santriwati kelas VI IPS-I TMI Putri Al-Amien Prenduan Sumenep.
Jabatan Kepengurusan ISTAMA Santriwati kelas VI IPS-I TMI Putri Al-Amien Prenduan Sumenep.
Dan Dokumen-Dokumen Lainnya mengenai TMI Putri Al-Amien Prenduan Sumenep.
Melalui dokumen-dokumen tersebut, penulis dapat mengetahui kegiatan dan juga perilaku santriwati cerdas linguistik kelas VI IPS-I TMI Putri Al-Amien Prenduan.
6. Analisis Data
Analisa data merupakan salah satu tahapan yang dikerjakan setelah memperoleh informasi melalui beberapa tekhnik pengumpulan data, analisis data ini bertujuan menyampaikan dan membatasi penemuan-penemuan hingga menjasi suatu data yang teratur, tersusun dan lebih berarti.
Analisis yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah non statistik. Yang dianalisis adalah data yang telah terhimpun dalam transkrip wawancara, catatan lapangan dan dokumen. Adapun tahap-tahap dalam analisis ini adalah checking, organizing dan coding
1. Checking (pengecekan)
Pengecekan data dilakukan dengan cara memeriksa lagi lembar transkrip data wawancara, observasi dan dokumen yang ada. Ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelengkapan data atau informasi yang diperlukan.
2. Organizing (pengelompokan)
Pengelompokan data dilakukan dengan memilah-milah data sesuai arah fokus penelitian dengan lembar klasifikasi data tersendiri, agar mudah dalam penyusunan analasis data yang sesuai dengan focus penelitian.
3. Coding (pemberian kode)
Pemberian kode ini dimaksudkan untuk menentukan data informasi berdasarkan tekhnik pengumpulan data. Kode yang digunakan adalah :
a. Kode wawancara : (W-S1/L1)(Tgl-Bln-10)
keterangan : W : Wawancara
S1 : Sumber data 1
L1 : Lembar jawaban 1
Tgl : Tanggal wawancara
Bln : Bulan wawancara
10 : Tahun wawancara
b. Kode observasi : (O-T1/L1)
keterangan : O : Observasi
T1 : Tempat observasi
L1 : Lembar 1 pada catatan observasi
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan temuan merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep keabsahan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi “postivisme” dan disesuaikan dengan dituntun pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri.
Untuk mengecek keabsahan data-data yang telah didapat, maka digunakan tekhnik-tekhnik berikut :
1. Perpanjangan keikut sertaan
Keikut sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikut sertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikut sertaan peneliti pada latar penelitian. Perpanjangan keikut sertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal ini disebabkan, karena dapat menguji ketidak benaran informasi yang diperlukan, baik dari diri sendiri maupun dari responden, serta dapat membangun kepercayaan subjek.
Dalam penelitian ini, peneliti selalu ikut serta dalam pengumpulan data. Peneliti melakukan perpanjangan waktu yang cukup efektif. Manfaat yang dapat diambil adalah, selain dapat mengetahui situasi dan kondisi objek, juga akan membantu untuk mengetahui sejauh mana validitas informasi yang diperoleh dan sekaligus akan membangun rasa kepercayaan subjek pada peneliti.
2. Ketekunan pengamat
Ketekunan penagamatan dimaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan ”lingkup”, maka ketekunan pengamatan menyediakan ”kedalaman”.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan sesuatu lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau hanya sebagai pembanding.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini ada tiga tahapan, yaitu :
pertama, tahap pra-lapangan yaitu terdiri dari menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus penelitian, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memiliki dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengakapan penelitian, mengantisipasi persoalan etika penelitian.
Kedua, tahap pekerjaan lapangan yang terdiri dari pemahaman penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data.
Ketiga, analisis data meliputi kegiatan organisasi dan kategori data, menemukan tema dan merumuskan hipotesis, serta menganalisis atau mendeskripsikan data berdasarkan hipotesis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. PENJELASAN TENTANG KECERDASAN.
1. PENGERTIAN CERDAS (INTELLIGENCE).
Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah; kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan; kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat. Intelegensi atau kecerdasan merupakan kemampuan untuk mengolah informasi dan keterampilan yang diperlukan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Kecerdasan adalah salah satu bagian dari range yang luas pada keterampilan kognitif, seperti persepsi, belajar, memori, memecahkan masalah, dan bernalar (http://th.wordpress.com/2004/08/16/intelligensi.html).
Dibawah ini merupakan definisi-defini yang dibuat oleh para ahli tentang kecerdasan yaitu:
Howard Gardner berpendapat bahwa Kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Ia bagaikan kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan.
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Menurut “Claparde dan Stern” inteligensi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi dan kondisi baru.
K. Bluher mendefinisikan intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau pengertian.
Sedangkan menurut David Wechsler, Intelegensi adalah kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut: intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.
Ineligensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatui fiksi ilmiah untuk mendeskripsiskan prilaku induvidu yang berkaitan dengan kemampuan intelektualnya. Selain pengertian di atas ada pula pengertian lain tentang kecerdasan. Diantaranya menurut C.P. Chaplin (1975) mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif (Syamsu Yusuf : 106).
Intelijen adalah istilah umum yang menggambarkan sebuah properti dari pikiran memahami kemampuan yang terkait, seperti kapasitas untuk berpikir abstrak , penalaran , perencanaan , pemecahan masalah , pidato , dan belajar. Dipengaruhi oleh sepupunya, Charles Darwin , Francis Galton adalah ilmuwan pertama yang mengajukan teori kecerdasan umum; bahwa kecerdasan adalah biologis, berdasarkan fakultas-benar mental yang dapat dipelajari dengan mengukur reaksi seseorang dalam kepekaan kognitif. Galton dalam riset mengukur ukuran kepala British ilmuwan dan orang awam mengakibatkan kesimpulan bahwa ukuran kepala tidak berhubungan dengan kecerdasan seseorang. Alfred Binet , dan sekolah Perancis kecerdasan, percaya kecerdasan rata-rata kemampuan berbeda, bukan entitas kesatuan (www.wikipedia.com).
Menurut konsepsi inteligensi ini adalah persatuan (kumpulan yang di persatukan) daripada daya-daya jiwa yang khusus. Karena itu pengukuran mengenai inteligensi juga dapat di tempuh dengan cara mengukur daya-daya jiwa khusus itu, misalnya daya mengamati, daya mereproduksi, daya berfikir dan sebagainya. (J.S.S : 2004 : 125).
sedangkan keyakinan orang selama ini beranggapan bahwa apa yang di tes oleh tes intelligence itu adalah jenis intelligensi umum. Jadi inteligensi jadi intelligensi bisa didefinisikan sebagai taraf umum yang mewakili daya-daya khusu. Piaget menemukan tahap berfikir praoprasional, suatu tahap yang berlangsung dari usia dua atau tiga tahun sampai tujuh atau delapan tahun (109).
Tingkat kecerdasan atau itelligensi seseorang ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orangtuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua penglaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang: terutama ditahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak kuat terhadap kecerdasan seseorang). Inteligensi seseorang biasanya dinyatakan dalam suatu quotion inteligensi (Intelligence Quotient atau disingkat IQ). Menurut Weschsler klasifikasi inteligensi dapat dijabarkan sebagai berikut :
IQ klasifikasi % dalam populasi
130 ke atas
120-129
110-119
90-109
80-89
70-79
Di bawah 70 Sangat unggul
Unggul
Cakap normal
Rata-rata
Lamban normal
Batas dungu
Cacat mental 2.2
6.7
16.1
50.0
16.1
6.7
2.2
2. PERANAN OTAK TERHADAP KECERDASAN.
Walau bagaimanapun seluruh hal yang ada dan terjadi pada manusia terpusat dalam otak. Karna otak adalah mesin penggerak sekaligus inti dari sebuah kehidupan. Ada tiga bagian dalam otak yaitu batang otak atau otak reptile yang mana otak ini mengontrol pernafasan, denyut jantung, reaksi insting dll. Kedua system limbic atau otak mamalia yangmana otak ini mengontrol pengendalian emosi, keseimbangan hormonal, rasa haus, lapar, pusat kesenangan dan metabolisme dll. Dan bagian neokorteklah yang palng menentukan kecerdasan seseorang, yang mana bagian otak ini memiliki fungsi dalam mengendalikan penglihatan, pendengaran, kreasi, berfikir, berbicara dll. Neokortek membuat manusia berfikir secara intelek.
Professor Mark Rosenzweigh dan kawan-kawannya dalam sebuah penelitian membantah anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan otak seseorang akan semakin menurun bersamaan dengan bertambahnya umur. Professor Mark Ronsenzweig memberi penjelasan jika otak dirangsang, berapapun usianya, maka otak tersebut akan membentuk lebih banyak tonjolan (protuberan) pada setiap tangan sel-selnya dan akan mempengaruhi kemampuan berfikirnya. Di sinilah stimulasi atau rangsangat menjadi sangat penting untuk menentukan tingkat kecerdasan. Sebagaimana seorang professor bernama Anokhlin menyadari bahwa bukan jumlah sel otak yang menentukan tingkat kecerdasan seseorang, tetapi tonjolan-tonjolan tentakel pada sel otaklah yang menentukan, yang mana tonjolan-tonjoln ini akan semakin banyak seiring dengan banyaknya stimulus atau rangsangan yang diberikan. Ada berbagai macam cara untuk bisa meng-optimalkan kecerdasan anak salah satunya dengan menyeimbangkan antara otak kanan dan otak kiri.
Sebagaimana yang kita ketahui otak kiri mengontrol kemampuan berbicara, pemikiran logis dan tubuh bagian kanan. Sedangkan otak kanan mengontrol penglihatan mengenai ruang atau tempat, pengenalan pola (atau susunan gambar atau warna), dan tubuh bagian kiri. Seorang Profesor dari universitas Calivornia bernama Roger Sprey adalah tokoh utama dalam penemuan tentang hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Sekitar tahun 1950 an-1960an Roger Sprey dalam penelitiannya meminta beberapa pelajar untuk melakukan aktifitas otak seperti melamun, bernyanyi, berhitung, menggambar dll. Lalu Roger Sprey mengukur gelombang pada otak mereka, yang memang dari awal sudah dia kelompokkan menjadi dua bagian besar.
Meskipun masing-masing bagian memiliki fungsi yang berbeda tetapi ia bekerja sama satu dan yang lain untuk menanggapi sebuah peristiwa. Jika keduanya tidak memiliki kerjasama yang bagus maka akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasannya, yaitu dalam mengamati, menanggapi, mereproduksi dan juga berfantasi.
Ada garis yang membagi otak menjadi dua yaitu fissuralongitudinalis dengan demikian kita bisa melihat dengan jelas bahwa otak manusia begitu juga kerjanya terbagi menjadi dua yaitu kanan dan kiri. Aktifitas otak kiri berkaitan dengan angka-angka, kata-kata, struktur atau susunan, hal yang berifat sistmatis dan ilmiah, hal yang bersifat linear, dan hal yang mempunyai pertimbangan secara analisis. Sedangkan aktifitas otak kanan berkaitan dnegan gambar, bentuk, warna, Irma, music, imajinasi, kreatifitas, orisinalitas, daya cipta, seni dan pikiran secara menyeluruh. (potensi otak kanan dan otak kiri, 2009: 69). Oleh karna itu bila anak belajar dnegan kedua sisi otaknya akan membentuk sinergi yang lebih baik. Itu sebabnya mengapa ia lebih mudah dialog para pemain operet dari pada pelajaran sekolah. Bayangkan saja bagaimana cara seorang anak dalam menghafal dialog sebuah operet, yang di dalamnya penuh dengan music, dialog, humor, dan gerakan dengan menggunakan otak kanannya untuk berimajinasi dan menggunakan otak kirinya untuk menghafal. Dengan kedua hemisfer yang saling kerjasama Imajinasi anakpun akan meningkat secara drastis dan luar biasa
Namun untuk saat ini kebanyakan dari sistm-sistem sekolah yang ada disemua Negara lebih menjurus dan menekankan pada pemikiran otak kiri. Padahal menyeimbangkan potensi dan daya kerja kedua belah otak sangatlah penting dan merupakan suatu keharusan. Karna kedua belah otak itu tidak dapat dipisahkan dalam upaya pengembangan kecerdasan otak.
3. FAKTOR PENDUKUNG KECERDASAN.
a. Pengaruh faktor bawaan
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal dari suatu keluarga bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90 ) yang tidak bersanak saudara ( + 0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – + 0,20 ).
b. Pengaruh faktor lingkungan
Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan intelegensi seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting, seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada masa-masa peka).
c. Stabilitas intelegensi dan IQ
Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu, sedang IQ hanyalah hasil dari suatu tes intelegensi itu (yang notabene hanya mengukur sebagai kelompok dari intelegensi). Stabilitas inteligensi tergantung perkembangan organik otak.
d. Pengaruh faktor kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.
e. Pengaruh faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi.
f. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.
g. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi atau tidaknya seorang individu, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut, karena intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelegensi seseorang (www.charlottepriatna.com).
Selain yang sudah disebutkan diatas, dalam buku yang berjudul Potensi Kekuatan Otak Kanan dan Otak Kiri Anak. Dijelaskan bahwa ada tiga hal penting yang dapat memepngaruhui pertumbuhan keduasisi otak yang memiliki keterkaitan dengan kecerdasan.
- Bahagiakan anak.
- Penuhi kebutuhan giziznya.
- Lakukan stimulasi.
Kecerdasan itu bersifat potensial, jadi setiap waktu bisa berubah kemampuan dan tingkatannya, atau bahkan bisa berhenti dan tidak berfungsi karna tidak adanya stimulus atau rangsangan. Seperti mesin yang didiamkan tidak pernah digunakan akan berkarat dan sulit untuk bekerja.
4. MULTIPLE INTELLIGENCE.
Vernon A. Magnesen (1983), (DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer, 2000) menjelaskan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Artinya seseorang bisa menyerap informasi paling banyak pada saat dia melakukan atau mempraktekkan hal yang ia terima.
Saat ini banyak orang yang mempunyai pandangan bahwa cerdas itu berarti menjadi juara kelas, nilai sepuluh di segala jenis ulangan, dan juga juara cerdas cermat. Sudah bertahun-tahun kita dipengaruhi oleh konsep seperti itu.
Seandainya kita mengingat-ingat kembali melalui pengalaman, kadang-kadang kita tidak sepenuhnya menyadari bahwa ada banyak hal yang membuat seseorang menjadi cerdas selain kecerdasan yang kita kenal di bangku sekolah. Seperti kecerdasan seorang penyanyi yang bisa membuat banyak orang berlinang air mata ketika dia menyanyikan sebuah lagu, atau kecerdasan seorang atlet yang memiliki banyak prestasi. Padahal prestasi mereka tidak seberapa di sekolah.
Setelah dicermati lebih dalam, kita akan sampai pada kenyataan bahwa cerdas itu bukan hanya juara kelas, nilai bagus saat ujian atau hafalan yang kuat. Karna pada kenyataanya ada banyak cara untuk menunjukkan kecerdasan yang dimiliki. Bisa melalui musik, atlet, sosial.
Dr. Howard Gardner seorang Profesor di bidang pendidikan dari Harvard University Amerika. Telah mencetuskan teory yang bernama MULTIPLE INTELLIGENCE atau KECERDASAN MAJEMUK. Menurut Dr. Howard Gardner kecerdasan bukan hanya berupa satu angka IQ yang kita kenal selama ini. Kecerdasan itu ibaratkan sekumpulan program kemampuan yang ada di beragam bagian otak manusia. Dan yang terpenting adalah sifatnya yang tidak mesti statis (bukan bawaan sejak lahir).
Howard Gardner lahir di Scranton, Pennsylvania pada tahun 1943 Orang tuanya telah melarikan diri dari Nürnberg di Jerman pada tahun 1938 bersama putra mereka yang berusia tiga tahun Hanya sebelum kelahiran Howard Gardner Eric tewas dalam kecelakaan sleighing (Gardner 1989: 22). Kedua peristiwa itu tidak dibahas selama masa kanak-kanak Gardner itu, tetapi memiliki dampak yang sangat signifikan atas pemikiran dan pengembangannya (Gardner 1989: 22). Peluang untuk kegiatan fisik berisiko masih terbatas, dan kreatif dan intelektual mendorong pursuits Seperti Howard mulai menemukan's 'rahasia sejarah keluarga' (dan identitas Yahudi) ia mulai menyadari bahwa ia berbeda baik dari orangtuanya dan dari teman-temannya.
“Yang membantu menempatkan aku pada kursus menyelidiki sifat manusia, khususnya bagaimana manusia berpikir.” (Howard Gardner quoted by Marge Sherer 1999) (Howard Gardner dikutip oleh Marge Sherer 1999) tampaknya telah memeluk peluang di sana - dan telah menimbulkan dukungan dan bunga dari beberapa guru yang mampu Dari sana ia pergi ke Harvard University untuk belajar sejarah dalam kesiapan untuk berkarir di hukum. Namun, ia cukup beruntung memiliki Eric Erikson sebagai guru privat Dalam kata Howard Gardner Erikson mungkin 'tertutup' ambisinya untuk menjadi sarjana (1989: 23). Suatu hari dia berkata ”Pikiranku benar-benar membuka ketika saya pergi ke Harvard College dan memiliki kesempatan untuk belajar di bawah orang-seperti psikoanalis Erik Erikson, sosiolog David Riesman, dan pengetahuan Jerome Bruner-psikolog yang menciptakan kognitif tentang manusia”. Sebenarnya Orang tuanya ingin mengirim Howard ke Phillips Academy di Andover Massachusetts – tetapi dia menolak. Sebaliknya, ia pergi ke sekolah persiapan terdekat di Kingston, Pennsylvania (Wyoming Seminary) Howard Gardner bunga dalam psikologi dan ilmu-ilmu pertumbuhan sosial (tesis seniornya itu pada komunitas pensiun California baru) dan dia lulus summa cum laude pada tahun 1965.
Pada puncak dan behavioris era psikometri, secara umum percaya bahwa kecerdasan adalah sebuah perusahaan tunggal yang mewarisi, seperti teory tabularasa, bahwa setiap anak yang baru dilahirkan seperti kertas putih kososng, yang bisa diisi, dilatih dengan terapan dan cara yang benar .
Saat ini semakin banyak peneliti percaya justru sebaliknya; bahwa ada banyak kecerdasan, bahwa setiap kecerdasan bisa berdiri sendiri dan terbebas dari beban bawaan dari lahir, jadi maksud disini adalah kecerdasan bisa digali, dicari tidak melulu diperoleh dari kelahiran atau hereditas.
bahwa hal itu tak terduga sulit untuk mengajarkan hal-hal yang bertentangan awal 'naif' teori tantangan bahwa garis-garis gaya alami dalam kecerdasan dan domain yang sesuai dengan. (Gardner 1993: xxiii) (Gardner 1993: XXIII)
Salah satu impetuses utama untuk gerakan ini Howard Gardner telah bekerja, dalam Smith dan 1994 Smith (istilah, sebuah shifter paradigm).
Howard Gardner telah mempertanyakan gagasan bahwa kecerdasan adalah satu kesatuan, bahwa hasil dari faktor tunggal, dan bahwa hal itu hanya dapat diukur melalui tes IQ.
Dia juga menantang pekerjaan pengembangan kognitif dari Piaget. Membawa maju bukti yang menunjukkan bahwa pada satu waktu anak mungkin pada tahap yang sangat berbeda misalnya, dalam pengembangan jumlah dan ruang / pematangan visual, Howard Gardner telah berhasil menggerogoti ide bahwa pengetahuan pada setiap tahap perkembangan tertentu suatu bergantung bersama dalam keseluruhan terstruktur.
Karya terbesar yang dia temukan adalah, dalam setiap diri manusia ada 8 macam kecerdasan, yaitu:
1. Kecerdasan linguistik.
2. Kecerdasan logic matematik
3. Kecerdasan visual spasial.
4. Kecerdasan musik.
5. Kecerdasan intrapersonal.
6. Kecerdasan interpersonal.
7. Kecerdasan kinestetik.
8. Kecerdasan naturalis.
Adapun ke delapan tipe kecerdasan di atas akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi.
2. Kecerdasan Logik Matematik
Kecerdasan logik matematik ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar.
3. Kecerdasan Visual Dan Spasial
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat. Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warana, garis, bentuk, ruang, ukuran dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.
4. Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Musik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan kemampuan matematika dan ilmu sains dalam diri seseorang.
Telah di teiliti di 17 negara terhadap kemampuan anak didik usia 14 tahun dalam bidang sains. Dalam penelitian itu ditemukan bahwa anak dari negara Belanda, Jepang dan Hongaria mempunyai prestasi tertinggi di dunia. Saat di teliti lebih mendalam ternyata ketiga negara ini memasukkan unsur ini ke dalam kurikulum mereka. Selain itu musik juga dapat menciptakan suasana yang rileks namun waspada, dapat membangkitkan semangat, merangsang kreativitas, kepekaan dan kemampuan berpikir. Belajar dengan menggunakan musik yang tepat akan sangat membantu kita dalam meningkatkan daya ingat.
5. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok.
6. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan ini sangat menghargai nilai (aturan-aturan) etika (sopan santun) dan moral.
7. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi, keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan.
8. Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta. (www.carlottepriatna.com)
Semua orang memiliki potensi delapan kecerdasan tersebut, buakan hanya satu. Akan tetapi hanya beberapa kecerdasan di antaranya yang lebih unggul dan lebih dominan. Jadi konsep yang akan disampaikan disini, bahwa semua orang cerdas, hanya bisa jadi kecerdasannya pada bidang yang berbeda-beda
B. WORD SMART\LINGUISTIK INTELLIGENCE.
1. PENJELASAN TENTANG BAHASA.
1.1. PENGERTIAN BAHASA
linguistik adalah ilmiah, studi bahasa alami. Linguistik mencakup beberapa sub-bidang. Sebuah divisi topikal penting adalah antara penelitian struktur bahasa (tata bahasa) dan studi tentang makna (semantik dan pragmatik). Tata bahasa meliputi morfologi (pembentukan dan susunan kata-kata), sintaksis (aturan yang menentukan bagaimana kata-kata menggabungkan dalam frasa dan kalimat) dan fonologi (studi tentang sistem suara dan unit suara abstrak). Fonetik adalah cabang linguistik yang bersangkutan terkait dengan sifat sebenarnya dari bunyi-bunyi ujaran (ponsel), non-speech suara, dan bagaimana mereka diproduksi dan dirasakan. Lain sub-disiplin linguistik meliputi: linguistik evolusioner , yang mempertimbangkan asal-usul bahasa, linguistik historis, yang membahas mengubah bahasa, sosiolinguistik, yang tampak pada hubungan antara variasi bahasa dan struktur sosial; psikolinguistik, yang membahas representasi dan berfungsi bahasa dalam pikiran; neurolinguistics , yang tampak pada representasi bahasa di otak; penguasaan bahasa , yang mempertimbangkan bagaimana anak-anak memperoleh bahasa pertama mereka dan bagaimana anak-anak dan orang dewasa memperoleh dan belajar bahasa kedua dan selanjutnya mereka; dan analisis wacana, yang berkaitan dengan struktur teks dan percakapan, dan pragmatis dengan bagaimana makna ditularkan didasarkan pada kombinasi kompetensi linguistik, pengetahuan non-linguistik, dan konteks tindakan berbicara. Linguistik adalah “sempit” didefinisikan sebagai pendekatan ilmiah untuk studi bahasa, tetapi bahasa dapat didekati dari berbagai arah, dan sejumlah disiplin intelektual lain yang relevan dengan itu dan pengaruh penelitian itu. Semiotika , misalnya, adalah bidang terkait prihatin dengan studi umum tanda dan simbol-simbol baik dalam bahasa dan di luar itu. teoretisi Sastra studi penggunaan bahasa dalam seni sastra. Linguistik tambahan menarik pada pekerjaan dari berbagai bidang seperti psikologi , patologi bahasa pidato , informatika , ilmu komputer , filsafat , biologi , anatomi manusia , ilmu syaraf , sosiologi , antropologi , dan akustik . Dalam lapangan, linguis digunakan untuk menggambarkan seseorang yang baik studi lapangan atau menggunakan metodologi linguistik untuk mempelajari kelompok bahasa atau bahasa tertentu. Di luar lapangan, istilah ini sering digunakan untuk merujuk kepada orang-orang yang berbicara dalam banyak. (http://wikipedia.org/linguistik/wiki)
Ada banyak definisi bahasa yang dikmukakan oleh beberapapara ahli salah satunya adalah sebagai berikut. Bahasa dapat didefinisikan sebagai (i) ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (bdk. Sudaryanto, 1983:19) atau (ii) setiap penyampaian maksud (lih. Pei, 1971:3-4). Bila menerima pengertian bahasa yang pertama (i), sudah tentu hanya terdapat satu jenis bahasa, yaitu bahasa manusia. Sebaliknya bila yang diterima adalah pengertian bahasa yang ke-dua (ii) sudah tentu isyarat sikap dan bunyi binatang dapat pula dianggap sebagai bahasa. Dalam pengertian ke dua lalu dijumpai berbagai macam bahasa seperti bahasa binatang, bahasa isyarat, bahasa sikap dll. Adapun maksud yang akan dibahas disini adalah bahasa orang normal, bahasa manusia yang di pakai sehari-hari.
pada hakikatnya berbahasa merupakan suau kegiatan almiah yang sama halnya dengan bernafas yang tidak kita memikirkannya (Psikolinguistik, 2008:30).
1.2. LAHIRNYA BAHASA.
Banyak diantara para ahli memperbincangkan riwayat akan bahasa. Begitu pula para teori ahli sejarah bahasa yang memperbincangkan hal tersebut adalah :
- Philip Liberman (1975) menjelaskan bahwa bahasa terlahir secara evolusi sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Darwin (1859). Dengan teori evolusinya. Semua hukum evolui Darwin, menurut Lienbermen, telah berlaku dan dilalui juga oleh bahasa.
- Brooks (1975) bahasa itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran mnusia. Yaitu lahir di negara Afrika bersamaan dengan lahirnya manusia, budaya, dan juga bahasa.
- F.B Condillac (Prancis) bahwa bahasa itu lahir dari tuhan. Bahwa bahsa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluriah yang dibangkitkan oleh perasaan dan emosi yang kuat.
- Von Herder menyatakan bahwa bahsa itu terjadi karna proses onomatope,yaitu proes peniruan bunyi alam.
Von Schlegel berpendpat bahwa asal usul bahasa itu sangat berlainan tergantung pada faktor-faktor yang mengatur tumbuhnya bahasa itu.
Meskipun isi dan jenis bahasa yang di pelajari manusia itu berbeda-beda, namun terdapat pula urutan perkembangan yang bersifat universal dalam proses perkembangan bahasa itu, ialah mulai dengan merabanya, lalu bicara monolog (pada dirinya atau benda mainannya), haus nama-nama kemudian gemar bertanya (apa, mengapa, bagaimana, dan sebagainya yang tidak selalu harus di jawab); membuat kalimat sederhan, (satu, dua atau tiga kata), bahasa ekspresif (dengan belajar menulis, membaca dan menggambar permulaan) (J.Nurihsan:141-143).
1.3. BAHASA DALAM KOMUNIKASI.
Komunikasi, bahasa dan tutur merupakan sebuah mata rantai yang bersambunga. Komunikasi mencakup bahasa dan bahasa salah satunya meliputi tutur. Komunikasi merupakan sarana pertukaran informasi antara dua individu. Bahasa merupakan salah satu jenis komunikasi akan tetapi bukan satu-satunya. Bahasa pada hakikatnya berbahasa merupakan suatu kegiatan alamiah yang sama halnya dengan bernafas yang kita tidak memikirkannya. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi, yang membedakan bahasa dari bentuk komunikasi lainnya meliputi empat hal :
- Bahsa bersifat sengaja dan di bawah kendali individu.
- Bahasa bersifat simbolis, merujuk pada hal lain selainnya.
- Bahasa bersifat sistematis. Dalam kosakata, makna kata yang berfariasi dipilih berdasarkan operasional penggunaanya.
- Bahasa ber oprasi dalam dua modalitas yang berbeda yaitu lisan dan tulis. (Psikolinguistik, 2008: 30)
Bahsa merupakan alat utama dalam komunikasi yang memiliki daya ekspresi dan informasi yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karna dengan bahasa manusia bisa menemukan kebutuhan mereka dengan cara berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Sebagai anggota masyarakat yang aktif dalam kehidupan sehari-hari, orang sangat bergantung pada penggunaan bahasa. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa dimana ada masyarakat di situ ada pengguna bahasa. Dengan kata lain, dimana aktifitas terjadi, di situ aktifitas bahasa terjadi pula.
Bentuk bahasa disebut tutur karna adanya vokalisasi. Pengguna bahasa dapat memproduksi suara yang jika bermakna disebut tutur. (Psikolinguistik, 2008:30).
Sedangkan ragam lisan dan ragam tulis sering disebut pula ujaran dan ragam tulisan (Moelino, 1977). Kedua ragam itu lahir karna perbedaan sarana penyampaian. Sarana penyampaian ragam lisan adalah bunyi, sedangkan saran penyampaian ragam tulis adalah tulisan. Pengertian ragam lisan dan ragam tulis dibedakan dari bahasa lisan dan bahasa tulis. Pembedaan seperti itu dilakukan karna pembagian ragam-ragam lebih disangkutkan dengan pemakaian bahasa dalam rangka komunikasi, sedangkan pembagian bahasa lisan dan bahasa tulis semata-mata disangkutkan dengan penghadiran bahasa sehingga bahasa tersebut dapat dikenal sebagai bahasa (Su-dar-yanto, 1992:42). Bahasa dapat berbentuk lisan atau tulisan yang mempergunakan tanda (cading), huruf (aplikator), bilangan (memerical atau digital), bunyi, sinar atau cahaya yang dapat merupakan kata-kata (word) atau kalimat (sentences). Mungkin pula berbentuk gambar atau lukisan. (drawing, picture), gesak-gesik (gesturus) dan mimik serta bentuk-bentuk simbol ekspresif lainnya. Para Ahli sependapat bahwa pembentukkan bahasa pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor latihan motivasi (kemauan) untuk belajar dengan melalui proses conditioning dan reinferersement (Lefrancois, 1975). Maka bisa dipastikan bahwa antara bahasa dan komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat, karna berupa apapun itu komunikasi yang berlangsung pasti di dalamnya mengandung sebuah bahasa.
1.4. BAHASA DALAM MASYARAKAT.
Lindgren menyebutkan bahwa bahasa merupakan perekat masya-rakat. Selain itu Broom dan Selznik menyebutkan bahasa sebagai factor penentu penciptaan masyarakat manusia. Dengan adanya bahasa kita kita menjadi makluk yang bermasyarakat (atau makluk sosial), lalu jelaslah bahwa bahasa berperan besar dalam penciptaan, pengembangan dan pembinaan masyarakat. (Subyakto, 1992). Sumbangan biolagi, lingkungan dan kebudayaan merupakan hal yang pasti dan jelas gambarannya jika berdiskusi tentang bahsa. Manusia memiliki ribuan bahasa lengkap dengan beragam variasi meskipun memiliki karateristik yag umum. Bagaimana tidak karna Setiap kebudayaan pasti memiliki bahasa. Sehingga banyak kita putus asa dan tidak memiliki harapan untuk mempelajari semua bahasa yang ada di dunia.
Bahasa (Language) ialah suatu sistim timbul yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia, bahasa di tandai oleh daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah sistem aturan. Daya Cipta yang tidak pernah habis (infinite generativity) ialah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata-kata dan aturan yang terbatas, yang sangat kreatif. (John W, Santrock). Manusia sebagai makhluk sosial yang saling ketergantungan antara satu dan yang lain menjadikan komunikasi sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup dalam dunia yang penuh dengan globalisaasi seperti saat ini. Keterampilan dan kecakapan dalam berbahasa sangat diperlukan dalam menjalin komunikasi antara satu dan yang lain, karna tanpa susunan bahasa yang tepat akan tercipta kesalah pahaman antara satu dan yang lain.
Sedangkan perkembangan bahasa pada anak-anak memiliki banyak teory yang diangkat dari berbagai macam pandangan seperti pandangan nativisme (Noam Chomsky). Pandangan ini berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama, anak-anak sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan (Psikolinguistik, 2008). Dalam pandangan nativisme, lingkungan dianggap tidak mempunyai pengaruh terhsdap proses pemerolehan bahasa. Sebagaimana dalam hipotesis nurani bahwa bahasa merupakan pemberian biologis. Kaum behavioris mepunyai anggapan istilah BAHASA kurang tepat karena istilah itu menyiratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki atau digunakan dan bukanlah sesuatu yang digunakan. Padahal bahasa adalah suatu perilaku di antara perilaku-perilaku manusia lainnya. Sedangkan menurut pandangan kognitivisme menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri almiah yang teerpisah, melaikan kemampuan yang berasal dari salah satu kematangan kognitif. Bahasa terstruktur karna adanya nalar, maka perkembangan bahasa juga harus berlandaskan perubahan yang lebih mendasar dalam kognisi. Jadi urut-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa. Sebagaimana teory dasar kognitivisme
2. PENGERTIAN CERDAS LINGUISTIK..
Kecerdasan bahasa adalah kecerdasan dalam menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini termasuk kepekaan terhadap arti kata-kata, urutan kata, mereka mudah dalam menemukan kejanggalan-kejanggalan dalam kata-kata. Mereka juga peka terhadap suara, ritme, dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dalam menyampaikan informasi.
Serta kemampuan membuat beragam pengguna bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang komplek. Orang-orang tipe ini, memiliki kekuatan dalam mengolah kata, sehingga sistem yang berlaku adalah mengingat, memahami, memikirkan mengucapkan, membaca, dan menulis.
Jadi pada intinya cerdas bahasa disini mencakup 3 hal pokok yaitu kecerdasan dalam berbicara, kecerdasan dalam mebaca, kecerdasan dalam menulis.
3. NEUROLINGUISTIK (LAHIRNYA BAHASA DALAM OTAK).
Manusia dalam proses berbahasa dimulai dari fase encode semantic, encode gramatika, encode fonologi, yang kemudia di lanjutkan dengan decode fonologi, decode gramatka, serta diakhiri dengan decode semantic dan encode gramatika serta diakhiri dengan decode semantic. Proses encode semantic dan encode gramatika terjadi dalam otak penutur, sedangkan encode fonologi dimulai dari otak penutur kemudian dilaksanakan oleh alat ucap (articulator) di dalam rongga mulut penutur. Berbeda dengan decode fonologi dimulai dari telinga pendengar dengan lanjutannya berupa decode gramatika dan berakhir pada decode semantic. Apabila alat fisiologi penutur dan pendengar berada dalam keadaan sehat normal maka pesan semantic yang dikirimkan oleh penutur dapat diterima dengan baik oleh otak pendengar, dan proses berbahasa berjalan dengan baik dan normal (Psikolinguistik, 2008: 60). Kemampuan berbahasa sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan otak dalam memproses informasi yang diterima atau yang dikeluarkan.
Sebagaimana yang dibuktikan dalam beragam aphasia, kemampuan berbahasa lebih banyak dipengaruhi hemisfer kiri. Namun dari beberapa bukti keberhasilan oprasi otak ternyata dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa dan berbicara tidak mutlak terpusat pada suatu area sisi otak. (Psikolinguistik, 2008: 64). Sedangkan pada anak kecil awalnya hemisfer kebahasaan memang dikendalikan oleh kedua belah hemisfer. Akan tetapi dalam perkembangannya kendali itu akan menyempit, sehingga fungsi kebahasaan lebih cenderung kepada salah satu hemisfer itu, baik hemisfer kiri ataupun hemisfer kanan.
Edwin Smith, ilmuan Amerika menemukan lembar papirus pada tahun 1862 yang mana berisi 48 kasus yang terjadi tahun 3000 SM, kasus ke-22 menjelaskan tentang kerusakan otak akibat cidera kepala yang akhirnya mengakibatkan hilangnya kemapuan berbicara.
Inilah yang akhirnya disebut aphasia dan dysathria. Istilah terakhir mengacu pada ketidak mampuan mengartikulasikan ucapan akibat gangguan neumotor berbicara (Gleason dan Ratner 1998).
Dalam hal ini yang perlu diangkat bukanlah perbedaan pengaruh otak kanan dan otak kiri pada prilaku manusia, melainkan bagaimana secara anatomis hemifer kanan dan kiri bekerja sama dalam mengelola informasi kebahasaan. Inilah yang menjadi fungsi utama corpus callosum yang menjadi panel penghubung kedua sisi hemisfer (Schovel, 2004).
4. BAHASA DAN PIKIRAN.
Walau bagaimanapun aspek berbahsa yang terpenting adalah berbicara. Ada garis penghubung yang menyalurkan antara berfikir dan berbicara. Resapi saja Ungkapan “belum berfikir sudah berbicara”, berkesan kurang baik. Ungkapan ini mengandung maksud bahwa sebaiknya untuk berfikir dan merenung atau direnungkan dulu sebelum berbicara, lalu setelah merasa bahwa pemikiran itu matang, benar dan beralasan, barulah diungkapkan dalam wujud pembicaraan.
Di dalam karya Chomsky juga disinggung tentang kemampuan batin linguistic (competence) dan kemampuan berbicara atau penampilan linguistiknya (perfomance). Kompetensi dan performance ini bertautan pula dengan hubungan pikiran dan bahasa atau berbicara walaupun tidak sepenuhnya indentik, banyak persamaanya.
5. CIRI-CIRI CERDAS LINGUISTIK.
Anak yang memiliki kecerdasan Linguistik lebih, akan memiliki kebiasaan atau kecendrungan sebagai berikut:
1. Senang bermain dengan kata-kata. Menikmati puisi. Suka mendengarkan cerita.
2. Membaca apa saja; buku, majalah, surat kabar dan bahkan label produk.
3. Merasa mudah dan percaya diri mengekspresikan diri, baik secara lisan maupun tulisan. Contohnya, pintar dalam berkomunikasi dan pintar dalam menceritakan atau menulis mengenai sesuatu hal.
4. Suka membumbui percakapan anda dengan hal-hal menarik yang baru saja anda baca atau dengar.
5. Suka mengerjakan teka-teki silang, bermain scrable atau bermain puzzle. Dapat mengeja dengan sangat baik.
6. Memilki perbendaharan kata yang sangat baik sehingga kadang orang harus meminta mereka menjelasakan arti kata yang mereka gunakan. Suka menggunakan kata yang tepat untuk setiap situasi.
7. Di sekolah mereka lebih menyukai mata pelajaran seperti bahasa inggris, sejarah dan ilmu sosial. Anda menyadari pentingnya membangun perbendaharaan kata.
8. Suka menghadapi perdebatan atau argumentasi secara lisan dan dapat memberikan penjelasan yang terarah dan jelas.
9. Senang "berpikir dengan mengucapkan apa yang anda pikirkan", menyelesaikan masalah dengan bebicara, menjelaskan solusi dan mengajukan pertanyaan.
10. Merasa sangat mudah menyerap informasi dengan mendengarkan radio, kaset atau kuliah. Anda sangat mudah mengingat kata-kata.
11. Suka mencari literature atau bacaan yang berkaitan dengan hal-hal yang kamu minati.
12. Suka menulis kreatif, menulis kisah khayal, lelucon dan cerpen.
13. Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.
14. Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu komunikasi verbal.
15. Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya orang lain.
16. Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau melakukan perbaikan pada karya tulis.
17. Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui diskusi, ataupun debat.
18. Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.
Atau bisa dirangkum dengan Simulasi kecerdasan linguistic sebagai berikut :
1. Mendengarkan.
Memahami cerita/mengerti maksud percakapan/ menangkap arti perintah/penguasaan kosa kata/ menangkap makna puisi dsb.
2. Berbicara.
Mampu berbicara (artikulasi, intonasi, dsb) dengan baik /dapat menyampaikan gagasan/berdiskusi atau berdebat / mengulang hafalan /wawancara dsb.
3. Membaca.
Memahami bacaan/mengerti arti kata-kata dan ungkapan yang digunakan/menangkap pesan utama bacaan /membaca dengan kecepatan yang baik dsb.
4. Menulis.
Mampu mengungkapkan gagasan atau ide dalam bentuk tulisan/dapat mengapresiasi sesuatu dalam bentuk tulisan/mampu memilih dan merangkai kata sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dsb.
6. CARA MENINGKATKAN KECERDASAN BAHASA.
Ada banyak cara mengembangkan atau meningkatkan kecerdasan bahasa, selain faktor hoby atau kebiasaan, peningkatan kemampuan kecerdasan linguistik dapat disiasati dengan cara berikut :
- latihan power phrase ( kata-kata pendek namun pengaruhnya maksimal contoh: bukan basa basi).
- Latihan Power Speaking( bicara secara normal, jadi diri sendiri,menunjukan latar belakang berbicara,mempertahankan apa yang anda ketahui, mengakuinya jika tidak tahu, menunjukan minat.
- Latihan Power Listening (meluangkan waktu untuk mendengar,memperhatikan, melihat orang yang sedang bicara )
- Latihan power reading (tidak menunjuk kata-kata dalam buku yang sedang dibaca,tidak mengucapkan kata-kata ketika sedang baca dan tidak mengulang halaman sebelumnya) lakukan berulang-ulang.
Dengan membeca buku dan literature yang banyak. Atau dengan membiasakan diri menulis sesuatu berupa penglaman hidup, apa yang anda pikirkan, sesaat berteduh, setelah menonton film, adalah hal yang perlu anda lakukan agar menambah tingkat kecerdasan linguistik anda.
Dalam buku let’s Be Smart terbitan Kaifa for teen ada 10 hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan bahasa seseorang yaitu :
Menulis diary.
Selalu biasakan menulis segala sesuatu yang menarik. Mungkin cerita, film, kata-kata orang terkenal, atau kutipan-kutipan dari buku.
Selalu menulis ide yang didapatkan.
Jangan malas untuk membuka kamus jika menemukan istilah atau kosakata yang tidak dimengerti.
Cobalah belajar bermacam-macam bahasa asing.
Rajin membaca buku, buat daftar buku-buku penting yang wajib dibaca.
Datanglah ke acara-acara bedah buku, dan mulailah untuk rajin mendatangi toko buku dan perpustakaan.
Gabung dengan club buku atau mailing list perbukuan, tempat kamu bisa berdiskusi tentang buku kepada orang lain.
Jika merasa menikmati diskusi dan perdebatan, bergabunglah dengan club debad, atau dengan forum-forum diskusi.
Bergabunglah dengan teater sekolah.
Sedangkan dalam buku Multiply your Multiple Intelligence dijelaskan cara mengembangkan kecerdasan bahsa yaitu dengan.:
1. Belajar mendengarkan secara efektif.
Dianjurkan untuk lebih “mendengarkan” daripada “mendengar” yang mana mendengar adalah aktifitas yang bersifat pasif sehingga informasin yang diterima tidak optimal. Sedangkan mendengarkan adalah aktifitas yang bersifat aktif sehingga arus informasi yang masuk lebih optimal.
2. Belajarlah berbicara dengan jelas
Jelas disini berarti pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sangat meyakinkan oleh orang yang diajak bicara
3. Perbanyak membaca buku-buku baru.
Maksud di sini adalah buku-buku yang belum sebelumnya, misalnya selama ini hanya membaca komik maka cobalah baca buku-buku sain.
4. Berlatih menulis kreatif
Cobalah menulis topic apa saja yang anda inginkan baik itu cerita pendek, novel, esai lepas dll.
C. PERILAKU MANUSIA.
1. PENGERTIAN PERILAKU.
Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Jika sesorang duduk diam dalam sebuah buku ditangannya, ia takkan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada di balik tirai tubuh, di dalam tubuh manusia itu sendiri.
perilaku teriri dari aktifitas-aktifitas yang berlangung baik di dalam maupun diluar. Perilaku luar yang dapat diamati merupakan sekedar bagian puncak tertinggi dari suatu gunung es. Perilaku yang teramati dari luar hampir selalu bersamaan dengan dua macam perilaku internal, yaitu perilaku faali dan perilaku mental.
Perilaku : ekstenal : dapat diamati
: internal : faali (dapat diukur), mental (tidak dapat iukur). (Perilaku Manuia, 2006: 4).
Perilaku faali terdiri dari semua aktifitas biokimia dan aktifitas elektrik yang ada pada tubuh. Contohnya saja jika seseorang nonton TV maka mata orang itu akan bergerak mengikuti irama TV, otot mata juga berkonsentrasi bergerak dan melemas secara bersamaan. Isi Tv yang berupa gambar bergerak diproyeksi pada retina melalui gelanggang pacu yang rumit dari stimulasi tersebut kemudian diteruskan ke otak. Jika isi cerita yang disampaikan oleh gambar yang bergerak itu menegangkan maka jantung orang tersebut akan cepat berdetak Beberapa kelenjar akan mngeluarkan hormon, kemudian tangan saya menjadi berkeringat. Sebaliknya jika cerita yang disampaikan mellow atau rileks maka hatipun damai, dan jantung berdetak dengan tenang.. Reaksi-reaksi badaniah ini membentuk sebagian perilaku
Penjelasan diatas menerangkan bahwa perilaku adalah sebuah aktifitas yang terjadi dan berlangsung diluar bagian internal tubuh manusia, akan tetapi sesungguhnya perilaku merupakan sebuah aktifitas yang terjadi diluar atau bahkan didalam. Yang mana maksud dari kata diluar adalah bagian organ tubuh manusia yang tampak oleh mata, dan bagian dalam adalah jiwa manusia itu sendiri. Jadi perilaku merupakan kulit luarnya saja yang dipengaruhi dan tidak dapat terlepas dari unsur-unsur internal seseorang.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim, rasulullah menegaskan :
“sesunguhnya dalam jasad (manusia) terdapat segumpal daging (mudlghoh). Jika mudlghoh itu baik, maka baik keseluruhan jasadnya (tingkahlakunya). Dan jika ia buruk, mak buruk pulalah seluruh tingkah lakunya.”(H.R Bukhori Muslim)
Hadist tersebut seolah menjelaskan bahwa tingkahlaku atau perilaku manusi (jasad) merupakan cerminan dari jiwanya. Jadi antara perilaku dan jiwa memiliki hubungan yang tak dapat dipisahkan.
Secara garis besar ada 4 teory yang berkmbang sehubungan dengan prilaku, yaitu :
- Teory spiritualisme.
Teori ini memandang bahwa manusia adalah makhluk rohaniyah, yang mana asal-usul jiwa manusia adalah jiwa yang rohani. Tingkah-lakunya adalah tingkahlaku rohani, sedangkan raga merupakan sebuah belenggu yang mewadahi sebuah jiwa\rohani.
- Teori Materialisme.
Teori yang merupakan kebalikan dari teori Spiritualisme ini menjelaskan, bahwa manusia adalah makhluk jasmaniyah tubuh kasarlah yang menentukan gerak-grik manusia, sedangkan jiwanya hanya sesuatu yang dikarang-karang oleh para nabi. Bahwa jiwa merupakan idea saja dan tidak mempunyai kekuatan dan pengaruh bagi manusia.
- Teori Paralelisme.
Menurut teori ini manusia terdiri dari jasad dan juga rohani. Tetapi mereka memiliki tugas dan jalan sendiri yang mana keduanya tak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi.
- Teori Monodualisme.
Teori ini yakin bahwa dua unsure yang ada pada manusia yaitu jasmani atau raga dan rohani atau jiwa tidak bisa terpisahkan. Yang mana tingkah laku merupakan cermin dan bersumber dari jiwa dan juga raganya sekaligus.
Melalui Karya Patung The Thinker, Auguste Rodin (1902) sang pematung, hendak mengesankan bahwa kemapuan renung dan pikir manusia merupakan salah satu sumur tanpa kering (oasis). Dari oasis ini lahirlah berbagai macam watak manusia yang durja, hina dina, dan ada pula yang mulia. Dalam preisi Mudji Sutrisno, manusia pemikir dan patung karya Rodin itu, merefleksi realitas, lalu member terang penjernihan yang masuk akal dan memperosesnya dalam pencerahan akan tampil tidak hanya sebagai manusia main-main sebagaimana tatapan Johan Huzinga (Homo Luden,LP3ES,1990).
2. PEMBAGIAN TINGKAH LAKU MANUSIA.
Setiap orang memiliki sudut pandang tersendiri tentang pembagian tingkah laku, jika dikutip dalam buku Pengantar Ilmu Jiwa Umum (Moh.Idris Jauhari) pembagian tingkah laku manusia, antara lain:
(a) Menurut latar belakang timbulnya, tingkahlaku manusia bisa di kelompokkan dalam dua klompok :
- Tingkahlaku yang dilakukan dengan sadar dan sengaja.
- Tingkahlaku yang dilakukan di luar kesadaran \ tanpa sengaja.
(b) Secara normative, tingkahlaku bias juga dibedakan antara :
- Tingkahlaku yang baik\terpuji (al-ahsan\al-mahmudah).
- Tingkahlaku yang buruk\tercela (as-syayyiah\al-mazmumah).
(c) Menurut jenis dan tingkatannya, tingkahlaku manusia bisa dibagi menjadi 5 tingkatan :
- Tingkahlaku yang bersifat kebendaan (an-orgnik).
- Tingkahlaku yang brsifat tumbuh-tumbuhan (vegetative).
- Tingkahlaku yang bersifat kebinatangan (animal behavior).
- Tingkahlaku yang lazim ilakukan manusia (human behavior).
- Tingkahlaku yang lazim dilakukan para malaikat (religious behavior).
(d) Menurut asal-usul dan sumbernya, tingkahlaku bisa dibedakan antara:
- Tingkatan Afektif, yaitu berhubungan dengan sikap dan perasaan, seperti perasaan senang, benci, marah, cmburu, iri, bhagia, menderita, dan sebagainya.
- Tingkatan Kognitif, yaitu yang berhubungan dengan kerja akal atau pikiran, seperti mengamati, mengingat, menganalisa, dan menyimpulkan.
- Tingkahlaku Motorik, yaitu yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan fisik, seperti membaca, Duduk, berdiri, berjalan, melompat, dan sebagainya.
3. ANTARA PRILAKU DAN KEPRIBAIAN (PERSONA).
Istilah kepribadian sangat banyak sekali dalam dunia psikologi, karna ada banyak para pakar yang mencoba untuk mengartikannya, dan membuat teory tentang kepribadian. Kata personality (keprbidian) sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu “PERSONA” yang berarti topeng. Yang mana awalnya topeng ini dimaksudkan pada topeng yang dipakai dalam sandiwara.
Persona adalah wajah kepribadian yang ditunjukkan kepada dunia luar dengan maksud agar dapat diterima dan dihargai secara sosial. Wujud nyata dari prsona itu sendiri adalah tingkahlaku dan sopan santun. Kadangkala ada kesesuaian tersendiri antara kebutuhan individu dan tuntutan lingkungan. Seperti seorang murid yang harus bersikap sopan dan baik terhadap gurunya meskipun keadaan hatinya sedang kacau. Karna walau bagaimanapun kesopanan terhadap guru merupakan tuntutan lingkungan yang harus diikuti oleh seorang murid. Atau seorang wanita yang berprofesi sebagai guru harus menyesuaikan dengan profesi yang digeluti.
Wilhelm Wund (1832-1920) telah melakukan berbagai macam penelitian salah satunya tentang proses sensory , suatu proses yang dikelola oleh panca indra. Dikatakan bahwa setiap dimensi pikiran manusia senantiasa memiliki pancaran dalam bentuk ragaan (bahasa tubuh) sehingga semua itu dapat diklola panca indra. Dengan adanya proses sensory manusia mampu menyaring bahasa tubuh agar dapat memutuskan sesuatu.
Sebagian besar ahli pikologi, terutama dalam hal ini psikologi kepibadian dapat dibedakan brdasarkan dua perspektif :
1. Yang berkomitmen pada study atas perbedaan dan keunikan individu.
2. Yang mengandalakan pada konstruk-konstruk hipotsisi untuk mempelajari fariasi-fariasi dan kompleksitas tingkahlaku manusia.
Teori kepribadian tidak hanya harus menerangkan tingkahlaku atau kejadian-kejadian yang telah dan sedang muncul, melainkan juga harus bisa mramalkan tingkahlaku, kejadian-kejadian atau akibat-akibat yang belum muncul pada diri individu. Dengan demikian fungsi kedua yang harus dimiliki oleh teori kpribadian adalah fungsi prediktif (Teori-teori Kepribadian, 1991: 2).
Ada tiga jenis perilaku yang pada hakekatnya mencakup seluruh kegiatan atau tingkahlaku jiwa manuia. Ketiga jenis perilaku tersebut bisapula dikenal dengan istilah gejala-gejala jiwa atau aktifitas jiwa, adapun ketiga aktifitas jiwa ini adalah:
1. Kemauan (konasi/Al-irodah/Karsa).
2. Pengenalan (Kognisi/al-idarok/cipta).
3. Perasaan (emoi/al-athifah/rasa).
Semua gejala dan aktifitas ini merupakan kesatuan jiwa manusia yang memiliki kadar kemampuannya masing-masing, dan saling berkaitan antara satu dan yang lain. (Ilmu Jiwa, 2005:23)
Dalam hal ini proses pengamatan adalah hal yang penting. Melalui indra tanda-tanda dunia luar sampai kepada kita, tanda-tanda yang diterima kita inilah yang disebut stimulasi. Stimulus-stimulus akan diterukan pada susunan saraf pusat yang terdiri dari otak dan tulang sumsum belakang. Dan pengambilan kesimpulan melalui proses stimulasi disebut persepsi. Pada dasarnya pengamatan disini merupakan salah satu bagian dari proses kgiatan jiwa yang berupa pengenalan atau kognisi. Dalam buku Pengantar Ilmu Jiwa Umum proses pengenalan/kognisi terdiri dari 5 jenis yaitu :
1. Kegiatan mengindra atau mengamati.
2. Kegiatan membentuk kesan atau menanggapi.
3. Kegiatan mengingat atau mereproduksi kesan.
4. Kegiatan berimajinasi atau berfantasi.
5. Kegiatan berfikir atau menalar.
4. YANG MEMPENGARUHI PERILAKU.
Teori-teori awal yang dianggap mampu menjelaskan perilaku seseorang, difokuskan pada dua kemungkinan.
1. Perilaku yang diperoleh dari keturunan dalam bentuk berbagai bntuk naluri biologis, lalu dikenal dengan penjelasan natur.
2. Perilaku bukan diturunkan, melainkan diperoleh dari hasil pengamalan selama kehidupan mereka. (Membaca Pikiran Orang Lain Sejelas Membaca Buku, 2009:32)
Ada banyak unsur yang mmpengaruhi perilaku manusia diantarnya keturunan, lingkungan, fisik, kepercayaan, pengamatan dan cara berfikir dan sebagainya. Semuanya menuju pada prilaku tertentu yang khas. Bisa saja perilaku seseorang berubah hanya karna orang itu berada dalam pengawasan.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu organisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik,sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seorang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilngan energi sehingga dia menangis, menuntut agar prbedaan itu berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of thiscrimination) dan keinginan untuk hidup (Membaca pikiran Orang Lain Sejelas Membaca Buku, 2009:3). Manusia dapat menyesuaikan diri terhadap berbagai situasi. Belajar adalah mengolah pengalaman-pengalaman untuk digunakan di masa depan. Pengalaman-pengalaman baru akan ditangani dengan kombinasi pengalaman-pengalaman masa lalu. Lama kelamaan manusia menjadi terprogram. Sehingga dapat menghadapi atau bahkan menangani pengalaman-pengalaman baru.
Sebagaimana teori tabularasa bahwa manusia yang baru lahir diumpamakan sebagai kertas putih yang kosong, selanjutnya tergantung lingkungan yang akan membentuk bagaimana anak itu akan tumbuh. Dan kemungkinan perkembangannya menjadi tidak terbatas, lingkungan dapat menjadikan manusia baik atau buruk tanpa memandang latar-belakang genetiknya. Menurut K.H. Moh Idris Jauhari dalam bukunya Pengantar Ilmu Jiwa Umum manusia memiliki perbedaan-perbedaan perilaku yang biasanya banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :
- Subyek (pelakunya sendiri).
- Obyek (sasaran tingkahlaku).
- Motive (sumber penyebab timbulnya tingkahlaku).
- Insentive atau tujuan dari tingkahlaku.
- Alat atau sarana yang dipergunakan.
- Situasi dan kondisi.
Kretchmer dan Sheldon adalah pengarang yang karangannya berlandaskan pada penjelasan, dan yang sampai pada penggolongan berikut ini. Bahwa struktur tubuh menentukan karakter dari seorang individu.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sebelum melakukan penelitian, penting sekali bagi seorang peneliti memahami bagaimana prosedur atau metode penelitian untuk memandu peneliti bagaimana urutan dan langakah-langkah yang teratur dan benar dalam melakuan penelitian itu. Dengan begitu, penelitian akan terlaksana dengan baik, benar, struktural sesuai dengan disiplin riset dan ilmu pengetahuan.
Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan tentang metodologi penelitian yang dipakai dalam penelitian ini, berupa: jenis penelitian dan pendekatannya, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik, analisis data dan teknik pemeriksaan keabsahan data.
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan.
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini termasuk penelitian kasus. suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, mendalam dan integral mengenai suatu objek masalah tertentu yang menarik untuk diamati secara khusus dan tersendiri. (Dhofir, 2004:41). Penelitian jenis ini wilayah daerah dan subjeknya sempit (terbatas) namun, sifat penelitiannya lebih mendalam. (Arikunto, 2002:120). Tujuan dari studi kasus ini, untuk memberikan gambaran secara rinci atau mendetail tentang latar belakang, sifat atau karakter yang khas dari suatu kasus yang diteliti dan kemudian dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
pendekatan jenis studi kasus dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif lapangan dengan maksud untuk memahami fenomena tentang sesuatu hal yang dialami oleh seseorang pada kontek alamiah seperti, perilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain secara deskriptif dalam bentuk bahasa dan kata-kata dengan menggunakan berbagai metode alamiah.(Moleong, 2005:06)
Pendekatan penelitian kualitatif menurut Moleong (2005: 8-13) memiliki sebelas karakteristik, yaitu:
1. Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. Data diperoleh melalui kenyataan-kenyataan alami dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Hal itu dilakukan karena, jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkannya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan yang ada di lapangan.
3. Metode kualitatif ini digunakan karena ada beberapa hal. Pertama, memudahkan peneliti untuk menyesuaikan diri bila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
4. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari data.
6. Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka.
7. Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan proses daripada hasil, karena proses mampu menjelaskan lebih rinci bagian-bagian dari yang diamati.
8. Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.
9. Penelitian kualitatif mensyaratkan adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.
10. Desain penelitian bersifat sementara, dan secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan.
11. Hasil penelitian kualitatif dirundingkan untuk disepakati bersama-sama dengan responden (orang yang menjadi sumber data).
Realisasi dari penjelasan diatas, penelitian ini dilakukan secara intensif dan mendalam mengenai deskripsi dari Perilaku Santriwati Cerdas Linguistic Kelas VI IPS-I TMI Pondok Pesantren Al-Amien Putri II Prenduan, bentuk dan konsep (landasan) dari kebijakan tersebut. Sedangkan data pada penelitian ini digali berdasarkan latar alamiah, sehingga memudahkan peneliti mengungkap suatu masalah yang urgen dari kasus penelitian ini.
B. Kehadiran Penelitian
Dalam penelitian ini, peranan peneliti sebagai pengamat yang terjun langsung ke lapangan tetapi tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta dalam semua kegiatan subjek. Ia hanya melakukan satu fungsinya yaitu sebagai pengamat saja. (Moleong, 2005: 177). Dalam hal ini peneliti merupakan salah satu santri TMI Al-Amien Prenduan tepatnya sebagai kelas VI IPS-I yang mana peneliti berperan dan mengikuti semua kegiatan subjek(informan). Maka memungkinkan penelitian ini menghasilkan kesimpulan yang akurat karna keikutsertaan peneliti dalam keseharian subjek.
C. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Al-Amien putri II Prenduan Desa Pragaan Laok kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep Pulau Madura kabupaten Sumenep. Tepatnya, di pinggir jalan raya yang membelah pulau Madura bagian selatan, yaitu kurang lebih 30 km di sebelah barat kota Sumenep, 22 km di sebelah timur kota Pamekasan, dan 130 km di sebelah timur kota pelabuhan Kamal Bangkalan.
Lokasi pondok pesantren putri II sekitar 80.690 m², jumlah santriwati sekitar 1000 orang dari berbagai wilayah kota di seluruh Indonesia. Pondok pesantren putri II memilki beberapa lembaga diantaranya: Tarbiyatul Muallimat (TMaI), lembaga Tahfidzul Qur'an (MTA) dan Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA).
D. Sumber Data.
Menurut Lofland sebagaimana yang dikutip Moleong (2006:157) menytakan bahwa sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data sebagai tambahan atau sebagai pelengkap seperti dokumen dan sebagainya. Sedangkan dalam penelitian social sumber data dibagi atas dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder, demikian yang dikemukakan Moleong (2005:132).
Sumber data primernya dalah santriwati kelas VI IPS-I yang memiliki kecerdasan linguistic dominan, lengkap dalam segi, menulis, berkata (berbicara), membaca. Yaitu Arina Kamalia asal Pamekasan, Qurrotul Aini asal Batu Putih Sumenep, Nur Dina Camelia asal Galis Pamekasan, Hosmawati asal Batu Putih Sumenep, Istifatul Qomariyah asal Ketapang Sampang, Eli Rahmi asal Bekasi Jakarta. Dan keseharian perilaku santriwati tersebut yang telah diamati oleh peneliti.
Sumber data sekundernya adalah orang-orang yang sekira dianggap berkompeten dalam pelaksanaan penelitian ini, dan orang-orang disekitarnya yang bisa di jadikan sumber, yaitu Karmila Andriana asal Pademawu Pamekasan sebagai Ketua Shof kelas VI, Radiatul Maghfiroh asal Jenggawa Jawa Timur sebagai mantan ketua umum ISTAMA 2009-2010. Ni’matul Hidayah asal Jember Jawa Timur sebagai wakil ketua shof kelas VI, Firda Hikamah Firdausi asal Bondowoso Jawa Timur sebagai Sekertaris Umum shof kelas VI. Dan juga para guru yang mengamati santriwati tersebut (subjek penelitian). Yaitu Usth. Fithrih Qomariyah asal Banyuangi Jawa Timur sebagai wali kelas VI IPS-I.
E. Tehnik Pengumpulan Data.
Agar peneliti bisa mendapatkan data yang lebih valid dan akurat, maka dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a. Interviu
Jenis wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka, yang mana subjek yang diwawancarai mengerti bahwa mereka sedang diwawancarai untuk dimintai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan serta sudah mengerti maksud dan tujuan wawancara tersebut (Moleong, 2005:189).
Kelebihan dari metode ini yaitu peneliti bisa memperoleh data langsung dari informan dalam kurun waktu yang relatif singkatnya dan memperoleh data sebanyak mungkin. Sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data yang diinginkan oleh peneliti (Arikunto, 2002:201). Pada tahap ini, peneliti hadir langsung ke tempat orang yang akan diwawancarai dan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan fokus penelitian ini dengan menggunakan instrumen waancara yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan mencatat jawaban-jawaban dari pertanyaan subjek. Namun, pertanyaan-pertanyaan yang disusun mengalami perubahan sesuai dengan kondisi lapangan. Dengan wawancara ini peneliti bisa mengumpulkan data yang diinginkan dan dibutuhkan.
b. Observasi
Menurut Dhofir (2004:45) “observasi adalah salah satu bentuk instrumen penelitian yang berguna untuk mengumpulkan data dengan menggunakan kekuatan pengamatan atau penginderaan”. Seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2005: 175) bahwa alasan metodologis bagi penggunaan observasi ini ialah karena cara ini mampu mengoptimalkan kemampuan peneliti dari sisi motif, kepercayaan, perhatian perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Disamping itu, pengamatan juga memungkinkan peneliti bisa melihat dunia atau kehidupan subjek (responden), memungkinkan peneliti merasakan dan menghayati apa yang dirasakan responden serta memungkinkan peneliti menjadi pengamat sekaligus sumber data dan dengan pengamatan pula terbentuk suatu pengetahuan yang bisa diketahui oleh peneliti dan subjek.
Pengamatan ini didasarkan atas pengamatan secara langsung tanpa berperanserta, peneliti hanya melakukan satu fungsi yaitu sebagai pengamat yang melakukan pengamatan. Maksudnya adalah peneliti hanya menjadi pengamat tanpa harus menjadi bagian dari yang diamati (Moleong, 2002:127). Pada tahap observasi ini, berhubung peneliti adalah salah satu santriwati kelas VI IPS-I TMI Al-Amien Prenduan maka pebeliti selalu ada di lokasi penelitian dan mengamati hal-hal yang terjadi di lapangan, mencatat atau mendokumentasikan kejadian-kejadian penting untuk penelitian ini. Dalam hal ini peneliti bergerak sebagai instrumen penelitian.
c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini juga memakai metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 2005: 206). Dokumen berguna untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Dokumen digunakan, selain karena manfaat diatas juga karena merupakan sumber data yang stabil dan kaya data (Moleong, 2005: 271).
Terdapat dua jenis dokumen, yaitu pribadi dan resmi. Dokumen pribadi adalah catatan seseorang yang tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya, seperti buku harian, surat pribadi dan otobiografi (Moleong, 2002: 217-219). Sedangkan dokumen resmi meliputi: dokumen internal dan eksternal. Dokumen internal seperti memo, instruksi, laporan rapat, pengumuman dan lain-lain yang digunakan untuk kalangan sendiri. Dokumen resmi eksternal berupa bahan informasi yang dihasilkan oleh sebuah lembaga yang disiarkan lewat media masa, seperti bulletin, majalah, pernyataan dan berita (Moleong, 2005: 219). Dokumentasi ini digunakan oleh peneliti ketika dokumen-dokumen tersebut bisa membantu peneliti dalam mengumpulkan melengkapi data hasil wawancara dan observasi agar data-data tersebut lebih akurat.
F. Tehnik Analisis Data.
Secara konseptual, analisis data menurut Bogdan dan Bicklen (Moleong, 2005: 248) adalah “ Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain”. Dalam menganalisis data, peneliti mengikuti beberapa tahapan sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunarto (dalam Dhofir, 2004:72) sebagai berikut:
1. Reduksi data.
Data yang terkumpul direduksi melalui; proses pemilihan, pemusatan perhatian pada upaya melakukan penyederhanaan dan pengabstraksian data mentah yang ada dalam catatan tertulis. Semua itu dilakukan untuk menajamkan penggolongan, mengarahkan ke fokus permasalahan, membuang pernyataan yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga memudahkan peneliti untuk diverifikasi dan ditarik kesimpulan.
2. Penyajian data.
Penyajian data dilakukan dengan menyusun informasi, catatan-catatan lapangan dan dokumen-dokumen yang diperoleh secara sistematis berdasarkan instrumen yang digunakan, sehingga lebih informatif, selektif, sederhana dan mudah dipahami maknanya. Pada penyajian ini data berubah menjadi informasi yang mudah dibaca dan dipahami oleh setiap pembaca. (lihat lampiran-lampiran pada paper ini).
3. Penarikan kesimpulan.
Untuk menarik kesimpulan, maka data yang tersaji dalam bentuk informasi, kemudian dianalisis secara terus-menerus dan berkesinambungan, agar dapat menghasilkan kesimpulan sementara yang dapat menggambarkan suatu pola hubungan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Maka dengan demikian kegiatan analisis data dilakukan melalui empat tahapan yang saling berkaitan yaitu; pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
G. Pengecekan Keabsahan Data.
Berdasarkan petunjuk moleong, (2005: 234) bahwa, “untuk menetapkan keabsahan (trutworthiness) diperlukan teknik pemeriksaan data. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (Credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmaibility)”. Untuk memenuhi kriteria tersebut, maka hal-hal penting yang harus dilakukan peneliti dalam teknik pemeriksaan data sebagai berikut:
1. Triangulasi
Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data tersebut untuk proses pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2005: 230). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu macam dari empat macam trianggulasi berupa triangulasi dengan sumber, menurut petunjuk Patton (Moleong,2005: 331) bahwa triangulasi dengan sumber itu dapat dicapai dengan jalan:
1) Silang antar metode yaitu membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil pengamatan.
2) Silang antar informan yaitu membandingkan apa yang dikatakan seseorang dengan apa yang dikatakan orang lain.
2. Perpanjangan keikutsertaan
Yaitu peneliti memperpanjang keikutsertaannya di lapangan sampai ia mencapai kejenuhan dalam pengumpulan datanya (Moleong, 2005: 327). Hal ini dilakukan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan kepercayaan peneliti itu sendiri, sehingga data yang diperoleh lebih valid dan absah.
3. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan ini dilakukan dengan maksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan permasalahan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. (Moleong, 2005: 329)
H. Tahap-Tahap Penelitian
Secara umum, tahap-tahap penelitian seperti yang dikemukakan oleh Lexy J. Moleong (2005:127-151) sebagai berikut:
1. Tahap Pra-lapangan
Tahap ini merupakan tahapan persiapan sebelum memasuki lapangan. Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki persiapan yang baik dan maksimal. Ada enam kegiatan yang harus dilakukan peneliti dalam tahapan ini, diantaranya:
1) Menyusun rancangan penelitian, berupa pengajuan judul yang dilanjutkan dengan pengajuan rancangan penelitian (Proposal Penelitian)
2) Memilih lapangan penelitian, berupa lokasi penelitian yaitu lokasi pondok pesantren putri II Al-Amien dan sekitarnya untuk studi pendahuluan berupa bangunana, halaman taman dan sarana-sarana fisik lainnya.
4) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan, hal ini dilakukan untuk peninjauan dan penjajakan awal terhadap lokasi penelitian sebelum penelitian dilakukan.
5) Memilih dan memanfaatkan informan, yaitu dengan menanyakan kepada seseorang yang berkecimpung dalam kegiatan yang menjadi objek penelitian atau orang yang banyak tahu dan banyak meberikan informasi tentang objek penelitian tersebut, dan kemudian dijadikan subjek sumber data.
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian, yaitu menyiapkan peralatan yang dibutuhkan berupa surat perizinan, instrumen wawancara, cacatan lapangan, tape recorder dan tustel (bila diperlukan)
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti mulai memasuki lapangan, ada tiga bagian dalam pekerjaan lapangan ini sebagai berikut: 1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri, 2) Memasuki lapangan, dan 3) Berperan serta sambil mengumpulkan data.
3. Tahap analisis data
Tahap analisis data ini merupakan tahapan terakhir dari kedua langkah diatas. Menurut Moleong (2002:178), ada tiga prinsip pokok dalam analisis data diantaranya:
a. Konsep dasar
b. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis
c. Menganalisis berdasarkan hipotesa
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan paparan data dan temuan-temuan lapangan selama peneliti melakukan penelitian serta pembahasan hasil penelitian agar menemukan substansi dasar dari temuan tersebut.
A. Deskripsi lokasi penelitian.
Pondok Al-Amien Prenduan terkenal dengan pondok terbesar yang ada di daerah Madura, terletak di kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep, propinsi Jawa timur. Lebih tepatnya 30 km di sebelah barat kota Sumenep, 22km di sebelah timur kota Pamekasan, dan 130 km di sebelah timur jembatan Suramadu yang mana lokasinya seluas k.l 20 ha dan menyebar di desa Pragaan Laok dan desa Prenduan.
Pondok pesantren Al-Amien Prenduan terdiri dari beberapa lembaga pendidikan yaitu:
1. Al-Amien I (putra di pondok Tegal dan putrid di pondok Ash-Shiddiqoh) meliputi : PAUD, TK, MI, MTs, MA, SMK, MD Awwaliyah dan MD Wushto.
2. AL-Amien II (Putra dan Putri terpisah) yang terletak di desa Pragaan Laok, meliputi : TMI (Tarbiyatul Muallimin Al-Islamiyah) dan MTA (Ma’had Tahfidzil Qur’an)
3. Al-Amien III (putra saja terletak di Al-Hikamah kapedi) yaitu : Madrasah Salafiyah Wushto dan Ulya.
4. Al-Amien IV (putra dan putri terpisah) yaitu kampus perguruan tinggi (IDIA)
TMI sendiri secara resmi berdiri pada Jum’at 10 Syawal 1371 H/03 desember 1971 M (untuk Putra) dan 19 Juni 1985 M 14 tahun kemudian untuk putri.
TMI pi memiliki lokasi yang luas dengan bangunan dan fasilitas pendidikan yang lengkap seperti aula, sigma (sanggar ilmu generasi matematika dan IPA), perpustakaan, multimedia, labolatorium computer dan laboratorium bahasa DLL. Yang mana tiap tahunnya selalu mendirikan bangunan baru untuk meningkatkan fasilitas sekolah atau asrama.
Selain factor fasilitas pendidikan yang memadai hal yang menonjol dari TMI pi ini adalah system kurikulumnya yaitu “hidup dan kehidupan” di mana pendidikan yang diberikan kepada santri selama 24 jam non-stop, dan penggunaan 2 bahasa dalam kehidupan sehari-hari santri. Banyak dari para orang tua yang mempercayakan pondok Al-Amien untuk mengasuh anaknya, agar tidak ketinggalan jaman dan tetap memegang syariah islam dengan teguh dan kuat.
B. Paparan Data.
Data yang diperoleh dari proses pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi direduksi. Hal ini dilakukan untuk menajamkan pengggolongan dan mengarahkan pada fokus masalah dengan cara mengeliminasi data yang tidak berkaitan dengan fokus. Kemudian dilanjutkan pada tahap paparan data dan temuan penelitian yang merupakan susunan informasi dari hasil penelitian. Selanjutnya, akan didipaparkan bagaimana perilaku santriwati cerdas lingusitik kelas VI IPS-I TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura tahun 2010.
Peneliti membagi hal tersebut menjadi empat poin. Pertama membahas perilaku (menurut sumbernya) santriwati cerdas linguistic, poin ke-dua membahas tentang kebiasaan santriwati cerdas linguistic yang berhubungan dngan kecerdasannya, poin ke-tiga membahas cara santriwati cerdas linguistic dalam menegmbangkan kecerdasan Linguistiknya.
1. Perilaku Santriwati Cerdas Linguistik kelas VI IPS-I
a. Perilaku Kognitif
Perilaku yang banyak berpusat dan bekerja di otak ini sangat indentik dengan kecerdasan seseorang, disini anak yang memiliki kecerdasan linguistic diminan, Sebagaimana yang dikatakan oleh Karmila pada hari Minggu tanggal 11 Juli 2010 di depan rayon Al-Andof Kamar II saat wawancara, ia mengaku bahwa:
" yang paling terlihat adalah mereka itu memiliki kreatifitas yang tinggi, karna imajinasinya meluas. Mungkin pengaruh pergaulan dan buku-buku yang dibaca, dan mungkin dengan mereka suka membaca membuat mereka terlihat lebih cepat mengetahui informasi baru ".
Sedangkan Radiatul Maghfirah juga mengakui bahwa anak yang memiliki kecerdasan linguistic dominan yang ada di sekitarnya memiliki wawasan yang lebih dari pada teman-temannya, dan mereka juga cepat menyerap informasi. dari hasil wawancara bersama beliau pada hari Minggu tanggal 11 Juli 2010. Beliau mengatakan:
" menurut saya mereka itu memiliki pengetahuan lebih dari pada teman yang lain, cepat menerima pengetahuan dan informasi. Dan memiliki rasa ingin tahu yang besar.".
Adapun Menurut Firda Hikmah Firdausi yang mana merupakan salah satu teman objek penelitian ini mengatakan dalam wawancaranya pada hari rabu tanggal 14 Juli 2010. Di depan Rayon Al-Andof kamar IV.
“Mereka menurut saya memiliki imajinasi yang tinggi, dan cepat menerima informasi.”
Dan menurut Ni’matul Hidayah yang mana memiliki teman yang memiliki kecerdasan linguistic dominan berpendapat.
“tangkas dan peka terhadap hal baru dan informasi baru, mereka biasanya lebih dulu mengetahui informasi dari pada teman-temanya yang lain”
Lalu dibawah Ini merupakan sumber dari informan primer yang mana merupakan anak yang memiliki kecerdasan linguistic dominan :
mereka memiliki kemampuan kognitif yang sangat baik, jadi sepertinya terlihat cerdas. Memang cerdas mungkin, apalagi mereka dapat mengaplikasikannya dengan baik. (Arina Kamali)
mereka suka menalar saya rasa. Karna setelah menemukan sesuatu mereka biasanya didiskusikan dan dijabarkan. (Nur Dina Camelia)
cermat dalam menanggapi, cepat mereproduksi, memiliki pendapat sendiri, atau pribadi yang biasanya berbeda dengan orang lain. Apalagi imajinasinya sangat tinggi. (Qurrotul aini)
yang pastinya mereka punya imajinasi yang tinggi, dan kemana-mana imajinasinya, kreatiflah dalam konteks kreatif pikiran. (Amal Umar)
tingkat keingintahuan dan anlisisnya sangat tinggi(Eli Rahmi)
penalaran yang cepat, pandai menerima informasi, pengetahuan yang baru, biasanya dia member kesan atau pemikiran dan pendapat yang luas. Dan suka berkhayal. (Istifatul Qomariyah)
Semua keterangan di atas diperkuat dengan data yang diperoleh oleh penulis bahwa ke tujuh anak yang menjadi objek penelitian memiliki nilai akademis yang relative tinggi. Yaitu menengah ke atas. Tidak lepas prestasi di luar akdemik mereka pun mengaku pernah beberapa kali mendapatkan prestasi dan menjuarai beberapa perlombaan terutama dibidang kebahasaan. Seperti: saudari Qurrotul Aini pernah menjadi juara II lomba debad B. Arab tahun2007, menjadi utusan sekolah lomba pidato B. Inggris di radio Nusa FM sumenep tahun 2006-2007, dan masih banyak lagi prestasi lain yang tidak dia sebutkan. Saudari Arina Kamalia pernah beberapa kali menjadi juara 1lomba pidato B. Inggris, pernah menjuarai lomba menulis karya ilmiah se-madura, dan sering mewakili TMI pi dalam perlombaan B. Inggris. Saudari Nur dina Camelia, pernah beberapa kali menjuarai perlombaan B. Inggris, karyanya pernah beberapa kali dimuat di majalah shof, mading bahkan majalah QALAM. Saudari Istifatul qomariyah, beberapa kali menjadi dewan redaksi tabloid shof, staf redaksi panah press TMI pi, dan majalah QALAM. Hosmawati, karyanya pernah dimuat di majalah shof, Qalam dll. Saudari Eli Rahmi dan Amal Umar sering mengikuti perlombaan atau pertunjukan drama, membuat alur cerita drama atau teater TMI pi.
b. Perilaku Afektif.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Karmila, yang mana dia telah hidup selama enam tahun dengan orang yang menonjol dalam bidang linguistic, pada hari Minggu tanggal 11 Juli 2010 di depan Rayon al-Andof kamar II saat wawancara, ia menjelaskan:
" biasa-biasa saja, yang pasti mereka mudah bergaul dan sosialisasinya tinggi. Banyak teman karna mereka cenderung aktif menurut saya.”
Serta pernyataan Nur Dina camellia yag hampir mirip mengatakan dengan spontan dalam wawancaranya :
“riang, banyak tertawa dan banyak teman, tapi sedikit cuek, maksudnya rasa simpati dan empatinya biasa saja”
Pernyataan Firda Hikmah Firdausi:
“supel dan gampang bergaul.”
Ni’matul Hidayah dalam wawancaranya :
“mereka biasanya ceria sehingga banyak teman, dan sedikit cuek sehingga tidak terlalu sensitive jadi ya.. biasa-biasa saja. Meskipun mereka sebenarnya punya banyak teman”
Arina Kamalia :
“supel karna mereka gampang bergaul, mudah mencari teman dengan mengajak bicara salah satunya.”
Dan Amal Umar berpendapat
“saya tidak terlalu tau tentang perilaku afektifnya, sepertinya mereka tidak terlalu ambil pusing.”
Qurrotul Aini
“ya…. Biasa saja mungkin mereka kalau segi marah, akan marah jika tidak tau yang sebenarnya, tapi akan menerima alas an kok”
Serta hasil observasi pada saat yang sama bahwa; Dengan tanpa pikir panjang Radiatul Maghfirah berpendapat dalam wawancaranya pada hari minggu tangggal 11 Juli 2010 di Depan rayon al-Andof kamar II:
“menurut saya mereka itu cenderung selalu berfikir positif, percaya diri dan fleksible. Karna mereka tidak begitu saja menerima sesuatu melainkan masih di fikir dulu. Dan di hubungkan dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.”
Kemudian pendapat diatas disetujui oleh pernyataan Eli Rahmi tentang perilaku afektif anak cerdas Linguistik yang cenderung difkir dulu. dari hasil wawancara kita dia menyatakan:
“mereka kadang kalau sedang marah akan cepat reda setelah di beri tahu duduk permasalahan yang benar, jadi mereka menerima alas an dan memikirkannya dulu”.
c. Perilaku Motorik
Dari hasil wawancara penulis dengan para informan menghasilkan :
“mereka aktif dalam kegiatan positif, kreatif dan inovatif, karna mereka cenderung gampang dalam berkomunikasi”(Istifatul Qomariyah)
“sangat antusias dan peka terlebih bila diberikan kepercayaan yang tinggi”(Eli Rahmi)
“cenderung tidak bisa diam, dan tidak bisa berkonsentrasi pada satu hal dalam beberapa menit, jadi mereka itu cepat berpindah konsentrasinya, dan tidak bisa duduk manis” (Nur Dina Camelia)
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa anak cerdas linguistic cenderung aktif dalam berkegiatan dan tidak bisa diam. Ada banyak lagi keterangan yang didapat seperti kata:
“mereka memiliki kemampuan dan kepercayaan diri. Kemampuan jika tidak diimbangi dengan kepercayaan diri akan sama saja “nothing”, karna mereka memiliki kepercayaan diri maka mereka aktif dan mau bergerak” (arina Kamalia)
aktif sekali, malah terkesan memang mereka yang tidak bisa diam, senadainya nanti sudah besar mereka akan workacholik, atau suka mencari pekerjaan. Mereka selalu termotifasi untuk berprestasi. (Amal Umar)
“hanya satu jawaban yaitu mereka aktif, selalu saya lihat bermanfaat dimana-mana.”(Qurrotul aini)
Keterangan di atas diperkuat dengan pengakuan Radiatul Maghfirah sebagai mantan ketua umum kepengurusan ISTAMA 2008-2009 dalam wawancaranya dia berkata :
“aktif, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan berani, mereka cenderung memiliki self confident yang tinggi. Dulu ketika saya menjadi ketua umum ISTAMA saya lihat dalam kepengurusan mereka sering aktif dalam berbagai kegiatan tanpa pilih-pilih. Sepertinya memang suka bergerak dan berkegiatan.”
Dan juga sebagaimana yang dikatakan oleh ketua shof kelas VI Karmila Nadriana:
“hiperaktif, senang bergerak, dan dulu pada saat berorganisasi sampai sekarang saya lihat anak-anak yang memiliki kecerdasan bahsa lebih, memiliki keperdulian terhadap organisasi, mereka selalu ikut andil dan aktif”
Terbukti dengan data yang diperoleh penulis, menunjukkan bahwa anak cerdas Linguistik aktif dalam organisasi dan dipercaya menjadi pemimpin sebagaimana data yang tertera di bawah ini:
Nur Dina Camelia sebagai ketua umum DPS, Istifatul Qomariyah sebagai Koor KAMTIBRATA (keamanan, ketertiban dan kesejahteraan anggota), Arina Kamalia sebagai ketua Dep. BANANSA (bagian bahasa), Hosmawati sebagai ketua Dep. Keilmuan. Eli Rahmi sebagai ketua Dep. PRADINATRI (pramuka dan dinamika keputrian), Amal Umar sebagai Dep. PRADINATRI, Qurrotul Aini sebagai ketua rayon.
2. Kegiatan Santriwati Cerdas Linguistik kelas VI IPS-I
Menurut hasil wawancara yang diperoleh dari saudari Arina Kamalia ketika ditanya kebiasaanya mengatakan :
“Ilistening, writing, reading, and observation everything what contain about language and can increase about my language or my intelligence of language”
Dan pada hasil wawancara dengan saudari Nur Dina Camelia mengatakan:
“membaca buku ilmiah, ya… atau apa sajalah, menulis karya ilmiah atau fiksi dan juga saya suka menulis diary, dan untuk selalu ikut dalam setiapkegiatan”
Tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan oleh saudari Eli Rahmi dan saudari Istifatul qomariyah dalam wawancaranya mereka mengatakan mengatakan:
“membaca buku, terkadang juga karangan yang berbaha asing. Nonton film dan mendengarkan musik” (eli Rahmi)
“membaca buku itu hoby saya dan menulis apalagi menulis diary” (istifatul qomariyah)
Pernyataan saudari Amal dan Qurrotul Aini pun tidak jauh berbeda dengan teman-temannya melainkan saudari Qurrotul ainy menambahkan bahwa dia menyukai mendengarkan cerita lucu. Sedangkan saudari Amal umar menambahkan bahwa dia suka mengamati orang dalam berbahasa asing.
Ketika penulis menanyakan kegiatan apa yang biasa mereka lakukan diwaktu luang merekapun menjawab:
“saya menghabiskan waktu luang saya dengan mengobrol, kadang membaca, menulis pelajaran atau sekedar mengarang dan tidur untuk istirahat”(Qurrotul aini)
“saya hanya mengingat buku ketika ada waktu luang, karna ketika membaca buku saya merasa senang” (Amal Umar)
“ya… dengan membaca buku, dan tidak hanya itu saya sering menggunakan waktu luang saya dengan membaca kondisi dan perilaku individu di sekitar saya dan biasanya hasilnya saya buat karangan ilmiah atau fiksi tentang hasil pengamatan itu.” (Arina Kamalia)
“berdiskusi seputar informasi dan keadaan baik disekitar atau keadaan yang jauh di sana, membaca buku, menulis terkadang dan juga jalan-jalan” (Nur dina Kamalia)
“saya suka menambah wawasan saya dengan membaca buku, jadi saya tidak terlalu suka dengan buku yang tidak terlalu penting” (Eli Rahmi)
“kadang saya berhayal, tapi ini untuk meningkatkan imajinasi saya, maksud saya seperti mengarang cerita atau yang lain.” (istifatul qomariyah)
3. Cara santriwati Cerdas Linguistik kelas VI IPS-I dalam mengembangkan kecerdasan linguistiknya
Jika dilihat dari hasil wawancara dan observasi di atas maka kebiasaan anak cerdas Linguistik kelas VI IPS-I merupakan cara-cara dalam meningkatkan kecerdasan linguistic, jadi tidak heran jika mereka memiliki kecerdasan ini kebiasaannya saja sudah cara dalam mengembangkan kecerdasan tersebut.
Tapi meskipun begitu mereka juga merasa perlu lebih tekun dalam mengembangkan kecerdasan yang di anugrahi Allah SWT, terbukti ketika di Tanya apakah mereka mengembangkan kecerdasan bahasanya, merekapun menjawab iya.
Kemudian dipertegas oleh pernyataan Istifatul Qomariyah dari hasil wawancara bersamanya yaitu:
“saya berlatih terus menerus dan mengembangkan bakat yang ada, yang saya miliki dan tuhan berikan kepada saya. Dan mungkinpaling sering dengan membaca buku dan menulis puisi”
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa saudari Istifatul qomariyah mensyukuri anugerah Allah yang diberikan kepadanya dengan terus mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya.
Cara yang mereka lakukan dalam mengembangkan kecerdasan bahasa mereka tidak jauh beda dengan kebiasaan dan hoby mereka sehari-hari seperti yang mereka jawab dalam pertanyaan yang penulis ajukan kepada mereka seputar cara dalam mengembangkan kecerdasan linguistic mereka mereka pun menjawab:
“saya berusaha mengembangkan kecerdasan bahasa saya dengan memebaca buku atau cerpen berbahasa asing khususnya, dan berupaya sekuat mungkin agar saya dapat memahaminya dengan baik. Saya juga suka mencari teman chatting orang asing agar bisa mengetahui kadar kemampuan conversation saya, dan itu semua saya lakukan dengan senang hati” (Qurrotul Aini)
“saya mengembangkan kecerdasan bahasa saya dengan lebih banyak berlatih menulis dan mengarang banyak lagi cerita untuk karya tulis ataupun utuk pertunjukan drama, saya juga suka membaca buku yang berbahasa asing, meskipun sulit dimengerti tapi saya terus berusaha bagaimana caranya agar paham. Dan juga mengaplikasikan bahasa asing saya meskipun kadang agak belepotan” (Amal Umar)
“listening, writing, reading also observation. And to rich my Vocabularies” (Arina Kamalia)
“memperkaya kosa kata dan banyak memebaca buku. Membicarakan ilmu yang saya miliki pada percakapan ringan sehari-hari” (Eli Rahmi)
“dengan kosa kata- kosa kata baru baik kosa kata asing ataupun bahasa sendiri (B. Indonesia), lalu mempelajarinya. Dan sering melihat orang-orang yang pintar berorator. Apalgi saya memang memiliki hoby memebaca” (Nur Dina Kamalia)
Dari pernyataan para informan di atas, bisa disimpulkan bahwa mereka cenderung meningkatkan kecerdasan yang mereka miliki dengan banyak memebaca buku, menulis, memeperkaya kosa kata, dan tak lupa juga mereka sering memeprhatikan orang.
C. Temuan Penelitian
Berikut ini peneliti akan memaparkan temuan-temuan dalam penelitian ini.
1. Perilaku Anak Cerdas Linguistik kelas VI IPS-I
a. Perilaku Kognitif.
Berprilaku kognitif, yang dalam penjabaran yaitu perilaku yang banyak berhubungan dengan kerja otak. Seperti mengemati, memeberikan kesan, mereproduksi, berimajinasi dan berfikir.
Dalam berperilaku kognitif mereka meamang terlihat lebih menonjol karna wawasannya yang lebih luas dari pada teman-temannya. Itu akibat dari kepekaan mereka dalam mencari dan menerima informasi baru. Dan juga mereka memiliki imajinasi yang tinggi, tangkas dan peka.
b. Perilaku Afektif
Berperilaku afektif, yang dalam penjabaran yaitu perilaku yang banyak mengandung perasaan atau kepekaan hati. Seperti benci,marah, suka dll.
Dalam berperilaku afektif mereka tidak terlalu menonjol seperti perilaku Kognitif dan motoriknya, karna mereka cenderung tidak sensitif dan tidak ambil pusing. Akan tetapi ada nilai positif yang dimiliki anak cerdas linguistic kelas VI IPS-I yaitu keceriaannya sehingga dapat membawa suasana menjadi akrab, dan kesupelannya dalam bergaul.
c. Perilaku Motorik.
Berperilaku Motorik, yang mana dalam penjabaran yaitu perilaku yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan seperti berkegiatan, berorganisasi, membaca, menulis dll.
Dalam berperilaku Motorik anak cerdas linguistic kelas VI IPS-I memang sangat terlihat dan menonjol. Dia selalu ada di mana-mana setiap ada kegiatan. Mereka sangat antusias dalam berorganisasi.
2. Kegiatan santriwati Cerdas Linguistik kelas VI IPS-I
Selain kegiatan wajib pondok yang harus dilakukan oleh setiap santriwati yang bermukim di pondok pesantren, ternyata mereka memiliki kegiatan tambahan sendiri, termasuk ketika waktu senggang, yang mana kegiatan yang mereka lakukan tidak jauh dari hal-hal yang berbau pengembangan kecerdasan Linguistik. Mereka mengaku bahwa memebaca buku, menulis dan berdiskusi adalah kesukaan mereka yang sulit dihilangkan. Diantara mereka ada yang mengaku memiliki kebiasaan tersebut sejak dari kecil ada pula yang mengaku tumbuh dan berkembang ketika mondok di TMI Al-Amien Prenduan.
3. Cara santriwati Cerdas Linguistik kelas VI IPS-I dalam mengembangkan kecerdasan linguistiknya.
Setelah menyadari bahwa mereka dianugrahi kecerdasan yang berharga ini maka mereka dengan semangat mengembangkan apa yang telah mereka miliki, dengan cara sendiri ataupun dengan cara yang mereka peroleh dari buku-buku dan informasi lain yang diperolehnya.
Sebagaimana kebiasaan yang memang mereka miliki yaitu membaca buku, menulis, mengembangkan dan memperkaya kosa kata. Akan tetapi di sini mereka lebih tekun dan serius jadi bukan saja hoby atau kebiasaan yang tidak terkonsep, melainkan sudah terkonsep sesuai dengan informasi tentang cara mengembangkan kecerdasan linguistic yang diterima.
D. Pembahasan
Dalam pembahasan ini, peneliti menggunakan cara analisis subtantif tematik, yaitu suatu analisis tematik yang mengacu pada teori-teori, paparan data dan temuan-temuan penelitian yang sudah pernah ditemukan sebelumnya oleh para ahli.
Penelitian yang dilakukan penulis di khususkan pada santriwati yang memiliki kecerdasan linguistic lengkap yaitu kemampuan dalam berbahasa, memebaca, menulis dan berbicara. Dengan kemampuan dan kecerdasannya dalam menggunakan kata-kata secara efektif baik secara lisan ataupun tulisan membuat anak cerdas linguistic aktif dan percaya diri untuk mengungkapkan imajinasi, isi pikiran dan pendapat yang dimilikinya
Apalagi jika dilihat dari kesukaanya dalam membaca buku, majalah, surat kabar atau apa saja. Lalu mereka tuangkan dengan diskusi, perdebatan dan percakapan dengan orang lain akan membuat mereka terlihat memiliki wawasan yang lebih dari pada anak yang lain.
Termasuk kemampuannya untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondsisi pikiran dan menyampaikan informasi membuat anak cerdas linguistic mudah diterima oleh lingkungan di sekitarnya. Sikapnya yang ceria merupakan perwujudan dari kesukaannya dalam berkomunikasi, senang bermain kata-kata dan mendengarkan cerita.
Dengan semua kelebihan prilaku kognitif dan afektif yang dimiliki membuat anak cerdas linguistic selalu dilibatkan dalam beragam macam kegiatan baik formal (dengan wawasan yang dimilikinya) atau non formal (dengan kesupelan dan kecerdasannya dalam berkomunikasi). Semua itu membuat orang-orang di sekitarnya percaya untuk menjadikan mereka pemimpin dan memegang suatu organisasi.
Semakin banyak hal yang diketahui oleh mereka semakin kuat pula keinginan mereka untuk tau lebih lanjut tentang sesuatu. Maka dari itu membuat mereka terlihat memiliki rasa ingin tau yang tinggi Dan cepat mendapat informasi.
Kemampuannya dalam membuat beragam bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yag komplek, dan kemampuannya dalam pembendaharaan kata membuat mereka pintar dalam berbahasa, menghafal bahasa asing. Karna mereka memang memiliki kesenangan tersendiri dalam menikmati kata-kata apalagi dipadu dengan kepercayaan diri dan kebiasaannya dalam berkomunikasi membuat anak tipe ini memiliki nilai lebih dalam berbahasa asing. Karna secara otomatis akan senang untuk mempraktekkan penggunaan bahasa asing tanpa malu atau dengan kepercayaan diri yang tinggi.
Semua yang ada di atas bukan hanya kebiasaan yang dimiliki oleh mereka melainkan juga merupakan kesukaan atau hoby yang akan selalu dinikmati. Jadi tidak perlu susah-susah dalam pelatihan pengembangan kecerdasan linguistic. Karna hobynya saja sudah merupakan cara-cara dalam mengembangkan kecerdasan linguistic.
Setelah mereka menyadari bahwa manusia itu memiliki delapan kecerdasan yang berbeda-beda dan setiaporang memiliki satu kecerdasan dominan, merekapun lebih aktif dalam mengembangkan dan menggunakan kemampuan yang mereka miliki. Sebagaimana informasi yang mereka peroleh dalam kecerdasan linguistic yaitu dengan cara lebih banyak memebaca buku yang bermanfaat, lebih sering menulis dan menulis buku harian, lebih tekun dalam memperkaya kosa kata asing atau pribumi.
Semua anlisis diatas akhirnya menghasilkan kesimpulan yang besar yaitu bahwa anak cerdas linguistic kelas VI IPS-I memiliki perilaku yang aktif, vleksible dan sistematis.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Dasarnya setiap manusia pasti memiliki 8 kecerdasan dalam dirinya. Akan tetapi hanya ada satu atau lebih kecerdasan yang dominan dimiliki. Dan salah satu dari kecerdasan itu adalah kecerdasan Linguistik, kecerdasan berbahasa, kecerdasan verbal Yaitu kecerdasan dalam menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini termasuk kepekaan terhadap arti kata-kata, urutan kata, suara, ritme, dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dalam menyampaikan informasi. Serta kemampuan membuat beragam pengguna bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang komplek. Orang-orang tipe ini, memiliki kekuatan dalam mengolah kata, sehingga sistem yang berlaku adalah mengingat, memahami, memikirkan mengucapkan, membaca, dan menulis.
Dan dari semua hasil penelitian, wawancara dan observasi langsung peneliti simpulkan bahwa anak yang memiliki kecerdasan linguistic dominan kelas VI IPS-I:
1. Cenderung memiliki perilaku yang sistematis, vleksible dan aktif.
2. Memiliki perilaku motorik yang aktif.
3. Memiliki perilaku kognitif, mudah dalam menyerap informasi, imajinasinya tinggi.
4. Memiliki perilaku afektif, ceria dan mudah bersosialisasi.
5. Memiliki kebiasaan membaca, menulis, berdiskusi dan bahkan bukan hanya sekdar kebiasaan melainkan hoby atau kesukaan.
6. Mereka memiliki cara dalam mengembangkan kecerdasan Linguistiknya yaitu dengan lebih aktif dalam membaca, menulis, menghafal kosa kata-kosa kata dan mempraktekkan dalam penggunaan bahasa asing.
Enam kesimpulan di atas inilah titik akhir dari deskripsi tentang perilaku santriwati kelas VI IPS-I TMI Al-Amien yang memiliki kecerdasan Linguistik lengkap.
B. SARAN.
Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang sangat berharga, karna mempengaruhi kehidupan orang yang memilikinya, karna selain berhubungan dengan wawasan dalam berprestasi kecerdasan ini juga berhubungan dengan kehidupan social dalam bergaul dan berkomunikasi.
Untuk itu kemudian penulis sarankan kepada santriwati yang memiliki kecerdasan Linguistik dominan untuk selalu
1. Lebih tekun dan aktif dalam mengembangkan kecerdasan yang dimiliki, dan memeliharanya.
2. Agar juga mengasah jenis kecerdasan yang lain.
3. Untuk mengembangkan “kecerdasan interpersonal” karna dengan kecerdasan ini anak cerdas Linguistik memiliki nilai lebih dalam berkomunikasi dan mempengaruhi orang lain. Kecerdasan ini melibatkan kemampuan untuk memahami orang lain, berempati, memimpin, mengorganisir orang lain dan juga mempengaruhi orang lain.
4. Agar juga mengembangkan self intelligence karna dengan ini anak cerdas Linguistik akan mudah dalam mengendalikan diri dan mendisiplinkan diri dalam mengembangkan kecerdasan bahasanya.
5. Untuk mengembangkan kecerdasan kinestetis, karna dengan ini anak cerdas linguistic memiliki keaktifan dalam berorganisasi dan menggunakan wawasan dan kelebihannya dalam pengaplikasian di kehidupan.
6. Agar selalu mengembangkan kecerdasan bahasanya dengan power pharase (kata-kata pendek namun pengaruhnya besar), power speaking, power lingtening, power reading.
7. Sehubungan dengan kecerdasan yang dimiliki sekecil apapun itu, gunakanlah semaksimal mungkin. Karna itu adalah anugrah yang sangat besar.
Demikian saran penulis untuk anak yang memiliki kecerdasan Linguistik, semoga rahmat Allah selalu mengiringi kita semua.
Minggu, 22 Mei 2011
MEMAHAMI PERILAKU SANTRIWATI CERDAS LINGUISTIK TMI AL-AMIEN PRENDUAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Wah keren blognya...
BalasHapusI like it...