PRAKATA
Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, hidayah dan karunianya yang tiada ternilai kepada kami, shalawat serta salam semoga tercurah pada Rasululloh Muhammad SAW, keluarga dan segenap sahabat – sahabatnya, hingga akhir jaman, Amin.
Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak , baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung Alhamdulillah kami dapat menyelesaikannya. Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan do’a, semoga Allah membalas amal baik yang telah dilakukan umat-Nya atas sesama.Amin.
Dalam proses pembuatan makalah ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Siti Choiriyah selaku dosen dalam mata kuliah Konsep Teknologi.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca yang budiman demi kesempurnaan makalah ini.
Surabaya, 20 Desember 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap daerah berbeda-beda, tergantung pada keadaan alam dan kegiatan manusia yang terdapat di daerah tersebut. Penduduk yang tinggal di daerah dataran rendah dan berawa seperti di Sumatera dan Kalimantan menghadapi kesulitan memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga, terutama air minum. Hal ini karena sumber air di daerah tersebut adalah air gambut yang berdasarkan parameter baku mutu air tidak memenuhi persyaratan kualitas air bersih.
Air gambut mengandung senyawa organik terlarut yang menyebabkan air menjadi berwarna coklat dan bersifat asam, sehingga perlu pengolahan khusus sebelum siap untuk dikonsumsi. Senyawa organik tersebut adalah asam humus yang terdiri dari asam humat, asam fulvat dan humin. Asam humus adalah senyawa organik dengan berat molekul tinggi dan berwarna coklat sampai kehitaman, terbentuk karena pembusukan tanaman dan hewan, sangat tahan terhadap mikroorganisme dalam waktu yang cukup lama (Notodarmojo, 1994).
Air gambut di Indonesia merupakan salah satu sumber daya air yang masih melimpah, kajian pusat Sumber Daya Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan bahwa sampai tahun 2006 sumber daya lahan gambut di Indonesia mencakup luas 26 juta ha yang tersebar di pulau kalimantan (± 50 %), Sumatera (± 40 %) sedangkan sisanya tersebar di papua dan pulau-pulau lainnya. Dan untuk lahan gambut Indonesia menempati posisi ke – 4 terluas setelah Canada, Rusia dan Amerika Serikat (Tjahjono, 2007).
Berdasarkan data di atas, air gambut di Indonesia secara kuantitatif sangat potensial untuk dikelola sebagai sumber daya air yang dapat diolah menjadi air bersih atau air minum. Namun secara kualitatif penggunaan air gambut masih banyak mengalami kendala. Beberapa kendala penggunaannya sebagai air bersih adalah warna, tingkat kekeruhan, dan zat organik yang tinggi sehingga sangat tidak layak untuk digunakan sebagai air bersih.
Dalam makalah ini menjelaskan cara menjaga lingkungan sekitar kita tetap terjaga, sehinggga kelangsungan hidup umat manusia juga akan tetap terjaga. Demi kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
1.2. Tujuan
Secara umum inti dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Pembaca dapat mengetahui inti dari air itu sendiri.
2. Pembaca dapat mengetahui dampak jika ketersedian air mulai berkurang.
3. Pembaca dapat mengetahui cara-cara menjaga lingkungan dan solusinya jika ketersedian air mulai berkurang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Air dan Pengertian Air Bersih
Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini dibumi, tetapi tidak diplanet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut.
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat dipermukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.
Baik kualitas maupun kuantitas air harus dapat memenuhi kebutuhan kita, sebagian besar tanah air kita curah hujannya cukup tinggi. Oleh sebab itu dari segi kuantitas dibanyak tempat di negara kita air tidak menjadi masalah, apalagi jika kita dapat mengelolanya dengan baik. Akan tetapi dari segi kualitas, air bersih kita semakin memperihatinkan.
Sebenarnya apa itu air bersih? Air bersih dapat diartikan air yang memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk treatment air minum dan untuk treatmen air sanitasi. Persyaratan disini ditinjau dari persyaratan kandungan kimia, fisika dan biologis. Atau memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Secara Umum: Air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia.
2) Secara Fisik: Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
3) Secara Kimia:
• PH netral (bukan asam/basa)
• Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya.
• Parameter-parameter seperti BOD, COD, DO, TS, TSS dan konductiviti memenuhi aturan pemerintah setempat.
Adapun parameter air dapat dikatakan bersih antara lain:
1) Kesadahan (Hardness)
Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa. Kesadahan sangat penting artinya bagi para akuaris karena kesadahan merupakan salah satu petunjuk kualitas air yang diperlukan bagi ikan. Tidak semua ikan dapat hidup pada nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan prasarat nilai kesadahan pada selang tertentu untuk hidupnya. Disamping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH.
2) Alkalinitas
Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan yang mampu menetralisir kemasaman dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pem-bufffer-an dari ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut didalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm.
3) Kapasitas pem-buffer-an
Alam diberkahi dengan mekanisme pertahanan sedemikian rupa sehingga dapat bertahan terhadap berbagai perubahan, begitu juga dengan pH air. Mekanisme pertahanan pH terhadap berbagai perubahan dikenal dengan istilah Kapasitas pem-buffer-an pH.
Pertahanan pH air terhadap perubahan dilakukan melalui alkalinitas dengan proses sbb:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3- CO3– + 2H+
CO3 (karbonat) dalam mekanisme diatas melambangkan alkalinitas air. Sedangkan H(+) merupakan sumber kemasaman.
Mekanisme diatas merupakan reaksi bolak-balik, artinya reaksi bisa berjalan ke arah kanan (menghasilkan H+) atau ke arah kiri (menghasilkan CO2). Oleh karena itu, apabila seseorang mencoba menurunkan pH dengan memberikan “asam-asaman” artinya menambahkan H+ saja maka (seperti ditunjukan mekanisme diatas). H+ tersebut akan segera diikat oleh CO3 dan reaksi bergerak kekiri menghasilkan CO2, (CO2 ini akhirnya bisa lolos ke udara). Pada saat asam baru ditambahkan, pH akan terukur rendah, tapi setelah beberapa waktu kemudian, ketika reaksi mulai bergerak ke kiri,pH akan kembali bergerak ke angka semula. Itulah hukum alam, dan karena itu pula kita masih bisa menemukan ikan di alam sampai saat sekarang. Dengan demikian penurunan pH tidak akan efektif kalau hanya dilakukan dengan penambahan asam saja. Untuk itu, cobalah pula usahakan untuk menurunkan alkalinitasnya. Kalaupun dipaksakan hanya dengan penambahan asam maka jumlahnya harus diberikan dalam jumlah lebih banyak yaitu untuk mengatasi alkalinitasnya terlebih dahulu, seperti ditunjukkan pada reaksi diatas.
4) PH
Ph sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan didalam air. Selain itu ikan dan mahluk-mahluk akuatik lainnya hidup pada selang pH tertentu, sehingga dengan diketahuinya nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka.
Besaran pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa/alkalis). Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.
Fluktuasi pH air sangat di tentukan oleh alkalinitas air tersebut. Apabila alkalinitasnya tinggi maka air tersebut akan mudah mengembalikan pH-nya ke nilai semula, dari setiap “gangguan” terhadap pengubahan pH.
Dengan demikian kunci dari penurunan pH terletak pada penanganan alkalinitas dan tingkat kesadahan air. Apabila hal ini telah dikuasai maka penurunan pH akan lebih mudah dilakukan.
5) Karbon Dioksida (CO2)
Karbon dioksida dalam air pada umumnya merupakan hasil respirasi dari ikan dan phytoplankton. Kadar CO2 lebih tinggi dari 10 ppm diketahui menunjukkan bersifat racun bagi ikan, beberapa bukti menunjukkan bahwa karbon dioksida berfungsi sebagai anestesi bagi ikan. Kadar karbon dioksida tinggi juga menunjukkan lingkungan air yang asam meskipun demikian karbon dioksida diperlukan dalam proses pem-buffer-an.
Apabila pH dalam suatu akuarium dikendalikan, terutama, oleh sistem pem-buffer-an karbonat, maka hubungan pH, KH dan CO2 terlaut akan merupakan hubungan yang tetap. Dengan demikian, salah satu dari parameter tersebut dapat diatur dengan mengatur parameter yang lain. Sebagai contoh nilai pH dapat diatur dengan mangatur KH atau kadar CO2. Suatu sistem CO2 injektor, misalnya, dapat digunakan untuk mengatur pH dengan cara mengatur injeksi CO2 sedemikian rupa apabila nilai pH nya mencapai nilai tertentu. Dalam hal ini KH dibuat tetap. CO2 digunakan oleh tanaman atau terdifusi ke atmosfer, akibatnya pH naik. Dengan sistem otomatis seperti disebutkan sebelumnya maka sistem injeksi CO2 akan berjalan sedemikian rupa disekitar nilai pH tertentu, untuk menjaga kadar CO2 yang memadai.
6) Salinitas
Salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam air. Dalam pengukuran salinitas turut pula diperhitungkan komponen GH dan KH disamping bahan-bahan terlarut lainnya seperti natrium. Informasi kadar salintas sangat penting artinya dalam akuairum laut. Sedangkan dalam akuarium air tawar mengetahui pH,KH dan GH sudah memadai.
Salinitas pada umumnya dinyatakan sebagai berat jenis (specific gravity), yaitu rasio antara berat larutan terhadap berat air murni dalam volume yang sama. Rasio ini dihitung berdasarkan konidisi suhu 15°C. Pengukuran salinitas dalam kehidupan sehari-hari biasanya menggunakan hydrometer, yang telah dikalibrasikan untuk digunakan pada suhu kamar.
2.2. Dampak Jika Ketersedian Air Mulai Berkurang.
2.2.1 Dampak Bagi kesehatan
Parahnya masalah ketersediaan air bersih ini menimbulkan masalah yang pelik pada sektor kesehatan. Seperti pada kasus yang terdapat di situs www.sinarharapan.com dikatakan bahwa pernah terjadi di Jakarta Utara, krisis air bersih mengakibatkan tujuh bayi tewas akibat diare. Kematian tujuh bayi tersebut berawal dari krisis air bersih. Orang tua para bayi tidak memiliki pilihan lain dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya, kecuali dengan memanfaatkan air sumur. Kita sangat paham dengan kondisi air sumur di Jakarta. Setidaknya ada 20-30 jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup dalam air. Penelitian WHO mengenai penyediaan air bersih dan sanitasi dengan kesehatan, mengemukakan beberapa penyakit lain seperti : kolera, hepatitis, polimearitis, typoid, disentrin trachoma, scabies, malaria, yellow fever, dan penyakit cacingan.
Di Indonesia terdapat empat dampak kesehatan besar disebabkan oleh pengelolaan air dan sanitasi yang buruk, yakni diare, tipus, polio dan cacingan. Hasil survei pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadiaan diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1.000 penduduk dan terjadi satu-dua kali per tahun pada anak-anak berusia di bawah lima tahun.
Data dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan menyebutkan, pada tahun 2001 angka kematian rata-rata yang diakibatkan diare adalah 23 per 100.000 penduduk, sedangkan angka tersebut lebih tinggi pada anak-anak berusia di bawah lima tahun, yaitu 75 per 100.000 penduduk. Kematian anak berusia di bawah tiga tahun 19 per 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya-salah satu penyebab kematian anak (lainnya karena ISPA/infeksi saluran penapasan akut, dan komplikasi sebelum kelahiran) -data dari Profil Kesehatan Indonesia, 2003. Sedangkan untuk kejadian tipus di Indonesia adalah 350-810 per 100.000 penduduk. Studi klinis rumah sakit menunjukkan bahwa angka kesakitan tipus adalah 500 per 100.000 penduduk dan laju kematian adalah 0,6%-5%. Kematian akibat polio telah terjadi di Indonesia (di Provinsi Jawa Barat) pada seorang anak laki-laki berusia di bawah dua tahun. Selain itu, prevalensi cacingan di Indonesia adalah 35,3 %. Kerugian ekonomi sekitar 2,4 % dari GDP atau 13 dollar AS per bulan per rumah tangga (studi Asian Development Bank 1998).
Penyakit yang paling sering menyerang saat krisis air bersih melanda adalah diare. Penyakit yang juga populer dengan nama muntah berak (muntaber) ini bisa dikatakan sebagai penyakit endemis di Indonesia, artinya terjadi terus-menerus di semua daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Diare yang disertai gejala buang air terus menerus, muntah dan kejang perut sering dianggap bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perlu pertolongan medis. Diare memang jarang sekali yang mengakibatkan kematian, namun tidak boleh dianggap remeh. Kelangkaan air bersih dan gaya hidup yang jorok adalah penyebab dari penyakit ini. Gaya hidup yang tidak higienis & tidak memperhatikan sanitasi menyebabkan usus rentan terhadap serangan virus diare. Kasus diare yang tidak cepat ditangani dapat menyebabkan dehidrasi yang jika dibiarkan dapat berujung pada kematian. Tanda seseorang menderita diare adalah apabila frekuensi buang air besarnya lebih sering dari normal. Kotoran yang keluar encer dan terdiri dari banyak cairan. Dan gejala seperti ini bisa jadi hanya gejala penyakit yang lebih parah, yakni tipus dan kanker usus. Sebenarnya pencegahan penyakit ini sangat mudah, yakni dengan menjaga kebersihan tubuh, makanan dan minuman. Namun bagi penduduk di mana air bersih sangat sulit mengalir, tindakan tersebut tidak bisa dengan mudah dilakukan.
Sebenarnya ada empat intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah diare, yaitu pengolahan air dan penyimpanan di tingkat rumah tangga, melakukan praktik cuci tangan, meningkatkan sanitasi, mengingkatkan penyediaan air. Setiap intervensi memiliki memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap diare. Data tahun 2006 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa:
No. Intervensi Penurunan Angka Kejadian Diare
1 Berbagai intervensi perilaku melalui modifikasi lingkungan 94%
2 Pengolahan air yang aman dan penyimpanan di tingkat rumah tangga 39%
3 Melakukan praktik cuci tangan yang efektif 45%
4 Meningkatkan sanitasi 32%
5 Meningkatkan penyediaan air 25%
Selain diare, daerah yang terkena krisis air bersih juga rentan terhadap penyakit kulit menular. Penyakit gatal-gatal tersebut dikarenakan para warga yang jarang mandi karena terbatasnya pasokan air bersih yang mereka miliki. Air bersih yang mereka miliki hanya cukup digunakan untuk kebutuhan dapur.
30 Penyakit Ini Akibat Krisis Air Bersih
Jangan pernah memandang remeh air. Kelebihan membuat banjir, kekurangan pun bikin sengsara. Jebolnya tanggul air di Buaran, Jakarta Timur, membuat beberapa tempat di Jakarta kekurangan air bersih. Di Petamburan, Jakarta Pusat, warga bersitegang satu sama lain karena berebut air bersih yang dipasok pemerintah daerah.
Selain air, tentu masyarakat perlu mewaspadai beberapa penyakit yang timbul karena kekurangan air bersih. Tanpa akses air minum yang bersih, menurut organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO), 3.800 anak meninggal tiap hari oleh penyakit. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 2 miliar manusia per hari terkena dampak kekurangan air di 40 negara, dan 1,1 miliar tak mendapat air yang memadai.
Di Indonesia, 119 juta rakyat belum memiliki akses terhadap air bersih. Baru 20 persen, itu pun kebanyakan di daerah perkotaan, sedangkan 82 persen rakyat Indonesia mengkonsumsi air yang tak layak untuk kesehatan. Menurut badan dunia yang mengatur soal air, World Water Assessment Programme, krisis air memberi dampak yang mengenaskan: membangkitkan epidemi penyakit.
Enam puluh persen sungai di Indonesia tercemar, mulai bahan organik sampai bakteri coliform dan Fecal coli penyebab diare. Menurut data Kementerian kesehatan, dari 5.798 kasus diare, 94 orang meninggal. Jakarta dialiri 13 sungai, sayangnya menurut badan pengendalian lingkungan hidup DKI Jakarta 13 sungai di Jakarta itu sudah tercemar bakteri Escherichia coli, bakteri dari sampah organik dan tinja manusia.
Sungai Ciliwung termasuk yang paling besar tercemar bakteri E. coli, kadar pencemaran mencapai 1,6-3 juta individu per 100 cc, padahal standar baku mutunya 2.000 individu per 100 cc. Dari situ ada 20-30 jenis penyakit yang bisa timbul akibat mikroorganisme di dalam air yang tidak bersih. Bakteri yang sama juga mencemari 70 persen tanah di Ibu Kota yang juga berpotensi mencemari sumber air tanah.
Padahal kebutuhan air bersih orang di Jakarta setiap hari diperkirakan 175 liter air per orang. Dan untuk 9 juta penduduk, diperlukan 1,5 juta meter kubik per hari. Perusahaan air minum baru bisa memenuhi kebutuhan 52 persen lebih, itu pun kalau tidak ada masalah.
Menurut penelitian WHO, penyakit yang timbul akibat krisis air antara lain kolera, hepatitis, polymearitis, typoid, disentrin trachoma, scabies, malaria, yellow fever, dan penyakit cacingan.
Di Indonesia, 423 per 1.000 penduduk semua usia kena diare, dan setahun dua kali diare menyerang anak di bawah 5 tahun. Diare yang disertai muntah sering disebut muntah-berak (muntaber), gejalanya biasanya buang air terus-menerus, muntah, dan kejang perut. Jika tak bisa diatasi dengan gaya hidup sehat dan lingkungan yang bersih, bisa lebih jauh terkena tifus dan kanker usus, yang tak jarang menyebabkan kematian.
Menurut dokter ahli penyakit lambung (gastroenterolog) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Ari Fahrial Syam, terbatasnya air bersih akan berdampak pada masalah kesehatan masyarakat. Sebab, masyarakat membutuhkan air bersih untuk mandi, mencuci, dan buang air. “Keterbatasan air bisa membuat masyarakat mengabaikan masalah kesehatan,” ujarnya.
Terbatasnya air bersih juga akan mengganggu kebersihan lingkungan. Sebagian masyarakat menunda mandi atau mandi sekadarnya, serta keadaan sekitar relatif lebih kotor dan menimbulkan banyak lalat.
Maka makanan dan minuman akan mudah dihinggapi lalat. Karena itu, menurut dokter Ari, masyarakat dan pemerintah harus mengantisipasi penyakit yang muncul. “Penyakit kulit dan diare sangat potensial meningkat karena keterbatasan air bersih,” kata dia.
Dokter Ari menyebutkan, hasil berbagai penelitian menunjukkan terbatasnya air bersih merupakan salah satu faktor utama penyebab meningkatnya kejadian diare. Karena itu, kasus diare ini harus diantisipasi oleh pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di lokasi yang mengalami krisis air bersih. Ari menyarankan, jika masyarakat mengalami diare, hendaknya mengkonsumsi lebih banyak cairan dan elektrolit. Gunanya untuk mencegah kondisi kekurangan cairan dan elektrolit yang lebih parah serta berujung pada komplikasi lanjut. “Seperti gangguan fungsi ginjal yang menyebabkan kematian,” ucapnya.
Selain diare, penyakit kulit karena jamur berpotensi muncul. Di negara tropis seperti Indonesia, menurut dokter, infeksi jamur cukup tinggi. Apalagi dalam kondisi air bersih terbatas. Kulit mudah berkeringat, lembap, terutama di daerah lipatan kulit. Untuk menghindari infeksi jamur, Ari menyarankan tetap mandi dan membersihkan daerah lipatan kulit dan menggunakan pakaian yang bersih.
2.2.2 Dampak Bagi Ekonomi
Krisis air bersih memberikan dampak pada bidang ekonomi. Sekitar 65 persen penduduk Indonesia menetap di pulau jawa yang luasnya hanya tujuh persen dari seluruh luas daratan Indonesia sementara potensi air yang dimiliki hanyalah 4,5 persen dari total potensi air di Indonesia. Dalam dua dasawarsa berikutnya diperkirakan air yang dipergunakan manusia akan meningkat 40 persen dan 17 persen lebih pasokan air dipergunakan untuk meningkatkan pangan dan populasi. Disisi lain kondisi sumber-sumber air semakin parah, khususnya di negara-negara miskin karena masalah pencemaran dan limbah. Oleh karena itu telah diserukan investasi dalam pengadaan air oleh AS dan membiarkan sektor swasta untuk menyediakan air atau privatisasi air.
Permasalahan privatisasi air di Indonesia sekarang menjadi lebih rumit karena hampir semua Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) saat ini dalam kondisi tidak mampu membayar utang-utangnya. Dalam situasi seperti inilah, maka privatisasi air seolah-olah merupakan obat mujarab untuk membereskan masalah air bersih. Sekarang ini UU RI No.7 Tahun 2004 tentang sumber daya air yang didalamnya mengandung semangat privatisasi pengelolaan air telah disahkan. Pemerintah Daerah diminta mengupayakan sendiri pembiayaan pengelolaan air tersebut, atau dengan jalan mencari investor.
Di Jakarta, 95 persen saham perusahaan pengelolaan air minum dimiliki dua perusahaan asing, RWE Thames dari Inggris dan Ondeo Suez asal Perancis. Di daerah lain pun sejumlah perusahaan besar dunia di sektor air telah beroperasi. Misalnya, Biwater di Batam dan Palembang; Ondo Suez di Medan, Semarang, dan Tangerang; Thames Water di Sidoarjo; dan Vivendi yang juga beroperasi di Sidoarjo. Pemberlukan UU Nomor 7 Tahun 2004 dimana sektor swasta diperbolehkan untuk mengelola sumber daya air di Indonesia dianggap pemerintah sebagai solusi untuk pengelolaan sumber daya air. dengan harapan jika masyarakat diberi nilai air secara ekonomis tinggi, maka perlakukan masyarakat terhadap air menjadi berbeda: lebih hemat, menjaga dan mensyukuri.
Sebenarnya, privatisasi tersebut akan membuat akses masyarakat terhadap air menjadi terbatas dan mahal. Karena seluruh biaya pengelolaan dan perawatan jaringan air dan sumber air lainnya bergantung semata pada pemakai dalam bentuk tarif. Sebenarnya dengan komersialisasi air, mereka yang memiliki uang paling banyaklah yang akan mendapat air paling banyak. Masyarakat miskin yang tidak punya uang justru makin sulit mendapat air sehingga banyak orang yang tidak mampu mendapat air sehat untuk minum. Contoh kasus yang terjadi di Jakarta Utara menurut pengakuan seorang warga yang dikutip dari www.kompas.com mengatakan bahwa ”Uang yang semula disimpan untuk belanja kebutuhan lain, seperti beras dan minyak tanah, diambil buat membeli air. Kami terbebani.”
2.3 Cara-Cara Menjaga Kelestarian Air
Setiap mahluk hidup memerlukan air, bahkan pada manusia komponen terbesar penyusun tubuh adalah 80% air. Manusia memerlukan air bersih untuk dikonsumsi. Hewan memerlukan air untuk mandi dan minum. Tumbuhan memerlukan air untuk pertumbuhan dan kesuburannya.
Kelestarian air dapat dijaga dengan cara antara lain:
1) tidak membuang sampah di sungai atau saluran air
2) melakukan kegiatan penghijauan atau penanaman pohon
3) menggunakan air sesuai kebutuhan
4) air bekas cucian dan mandi diusahakan tidak langsung meresap ke dalam tanah, namun dialirkan ke saluran pembuangan
Air, tak bisa ditawar-tawar lagi, merupakan kebutuhan primer bagi semua makhluk hidup. Ketiadaan air, khususnya air bersih, akan menimbulkan bencana dalam kehidupan. Oleh karena itu, sebelum terjadi krisis air bersih, seyogianya masyarakat menjaga kelestarian air.
Banyak cara yang bisa dilakukan demi melestarikan air bersih. Cara itu bisa dimulai dari hal-hal sederhana dan dari diri sendiri, semisal menghemat penggunaan air. Untuk menghemat air, masyarakat hendaknya menampung air kucuran keran atau air bekas wudu ke dalam wadah seperti baskom atau ember. Dengan demikian, air sisa pakai itu bisa digunakan kembali untuk menyiram tanaman atau mencuci kendaraan bermotor.
Cara lain yang juga bisa ditempuh dalam rangka menyediakan pasokan air ialah membuat lubang resapan biopori. Biopori merupakan lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk karena aktivitas berbagai organisme di dalamnya, seperti cacing, rayap, atau hewan tanah lainnya.
Lubang-lubang itu akan terisi udara dan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah. Adanya lubang resapan biopori juga bisa menambah luas bidang resapan air. Alhasil, pasokan air pun akan lebih terjaga. Lubang-lubang biopori biasanya dibuat di sekitar lingkungan permukiman warga. Proses pembuatannya terbilang mudah. Sebagai langkah awal dibuat lubang dengan diameter 10 sampai 30 sentimeter (cm) dan panjang 30 sampai 100 cm.
Lubang-lubang itu kemudian ditutupi sampah organik yang berfungsi menjebak air yang mengalir di sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bawah tanah. Untuk membuat lubang atau sumur biopori digunakan bor tanah yang di pasaran harganya 200 ribu rupiah hingga 300 ribu rupiah.
Selain biopori, ada pula inovasi lainnya yang bisa diaplikasikan untuk menjaga pasokan air bersih. Peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah merancang teknologi imbuhan buatan terhadap sumur resapan dalam.
Teddy Wartono Sudinda, peneliti BPPT, mengatakan pihaknya menggunakan teknik imbuhan buatan (artifwial recharge) pada sumur resapan agar bisa menampung air hujan dan limpasan (sisa air wudu dan pendingin ruangan). Teddy mengestimasikan sisa air wudu yang bisa ditampung mencapai lima meter kubik per hari, sedangkan air sisa mesin pendingin mencapai 1,8 meter kubik per hari. Menurutnya, sumur resapan itu bermanfaat menyimpan cadangan air yang bisa digunakan pada waktu-waktu tertentu. Dengan mengaplikasikan teknologi artificial recharge,
air sisaan atau limpasan tidak akan terbuang percuma, sebab air tersebut bisa diolah menjadi air bersih. Caranya dengan merekayasa kandungan kimiawi, fisika, dan biologi air limpasan sesuai dengan standar baku air bersih.
Saat ini, BPPT telah membuat proyek percontohan sumur resapan itu yang ditempatkan di dekat area parkir Gedung 2 BPPT di Ialan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Agar air yang ditampung jumlahnya maksimal, sumur dibuat dengan kedalaman 193 meter dan tinggi permukaan air tanah sekitar 21 meter. Sumur itu memiliki kemampuan meresap air lebih dari dua meter kubik per jam.
Dengan adanya sumur resapan, air limpasan akan masuk ke sumur melalui pipa air. Untuk membuat satu sumur resapan tersebut, BPPT mengestimasikan biaya yang dikeluarkan sekitar 40 juta hingga 60 juta rupiah
BAB III
PENUTUP
Demikian materi yang dapat kami jelaskan secara umum mengenai materi ”Krisis Air Bersih”, setelah menyadari akan segala kebodohan ini, kita yang masih dianugerahi akan pikiran ini seharusnya dapat berubah. Kita harus berubah, mencoba berpikir dengan segala potensi akal sehat yang kita miliki untuk dapat berbuat demi menyelamatkan kelangsungan kelestarian air di muka bumi ini.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain :
1. Menghemat penggunaan air bersih.
2. Membuang sampah pada tempatnya.
3. Mengadakan pengolahan limbah secara benar.
4. Menjalankan reboisasi agar hutan tetap terjaga kelestariannya.
5. Mencegah penebangan pohon secara liar.
6. Mengadakan sosialisasi tentang betapa pentingnya peranan air dalam kehidupan umat manusia.
7. Menghapus sistem penambangan secara liar tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekosistem.
8. Membersihkan daerah sumber-sumber air bersih dari segala sampah.
9. Menciptakan suatu lingkungan yang asri, dengan di mulai dari lingkungan rumah kita sendiri.
10. Menjaga stabilitas ketersediaan air bersih di dalam tanah.
Untuk itu, lakukanlah perubahan sekecil apapun sejak dini demi kelangsungan hidup anak cucu kita di masa depan.
Demikian materi yang dapat kami jelaskan secara umum mengenai materi “Krisis Air Bersih”, dan permasalahan tersebut sudah kami sertakan dengan bagaimana cara menjaga kelestarian air bersih itu sendiri serta akibat-akibat jika ketersediaan air mulai berkurang.
Dalam setiap pembuatan makalah tentunya tidak ada kesempurnaan yang mana setiap makalah pastinya memilki kelebihan dan kekurangan, yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya rujukan yang membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Untuk itu kami berharap kepada para pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami selaku penulis untuk kesempurnaan makalah ini dan penulisan makalah-makalah di kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami dan khususnya juga bagi para yang membacanya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
http://winny4ever.blogspot.com/2011/03/definisi-air-dan-pengertian-air-bersih.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18427/5/Chapter%20I.pdf
http://www.tempo.co/read/news/2011/09/07/060354927/30-Penyakit-Ini--Akibat-Krisis-Air-Bersih
http://pengolahanairbaku.blogspot.com/2011/06/dampak-krisis-air-bersih.html
http://inspirasikecilku.blogspot.com/2010/01/menjaga-kelestarian-air.html
http://karisnsz.wordpress.com/2011/07/23/cara-memelihara-lingkungan-alam-klh-series/
http://bataviase.co.id/node/86090
Tidak ada komentar:
Posting Komentar